Jakarta, FORTUNE - Impulsive buying menjadi salah satu faktor penyebab keuangan tidak sehat. Kondisi ini lazim dialami masyarakat akibat membeli suatu produk dalam jumlah banyak secara tiba-tiba tanpa melalui pertimbangan dan proses panjang. Hal itu tak terlepas dari perkembangan marketplace dan sarana pembayaran online di Tanah Air.
Melansir laman Amartha, impulsive buying adalah sebuah keputusan tidak terencana atau terjadi secara tiba-tiba dalam membeli sebuah produk atau jasa. Dalam pelaksanaannya, impulsive buying lebih menggunakan emosi dan perasaan dibandingkan logika.
Bagi impulsive buyers, ada lima tahap proses pembelian seperti pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian tidak akan berlaku lagi.
Peneliti di bidang psikologi, Bayley dan Nancarrow, mengatakan bahwa impulsive buying adalah perilaku yang hedonistik karena ditandai dengan kepuasan setelah terjadi. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan prinsip kegunaan yang mengedepankan manfaat dari sebuah barang yang ada.
Lalu, apa sebenarnya impulsive buying, cara mencegah, dan menciptakan keuangan yang sehat?