Jakarta, FORTUNE - Libur panjang Lebaran berisiko memperburuk kualitas kredit. Hal ini terjadi karena selama liburan, pengeluaran masyarakat meningkat.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tanda-tanda penurunan kualitas kredit sudah terlihat sejak awal tahun, tercermin dari peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL).
Tercatat NPL kredit rumah tangga perbankan terus meningkat. Pada Desember 2023 misalnya, rasio NPL tercatat 2,08 persen, kemudian pada Januari meningkat mennjadi 2,18 persen pada Januari 2025.
Menghadapi potensi kenaikkan tersebut, PT Bank Central Asia (BCA) telah melakukan sejumlah mitigasi.
EVP Corporate and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan pihaknya selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prospek usaha, kebutuhan, dan skala usaha nasabah. Tak terkecuali pada momentum lebaran, di mana pola konsumsi kredit biasanya naik.
Oleh sebab itu, BCA melakukan monitoring risiko konsentrasi kredit termasuk penggunaan limit kredit dan kualitas portofolionya secara berkala.
"Kami menerapkan Early Warning System dalam rangka mendeteksi potensi debitur bermasalah, untuk dilakukan langkah-langkah mitigasi selanjutnya guna meminimalkan risiko kredit bermasalah," jelas dia kepada Fortune Indonesia, Senin (7/4).
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2024, rasio LAR BCA terus membaik ke 5,3 persen, dibandingkan 6,9 persen pada tahun sebelumnya. Pencadangan LAR BCA juga tercatat solid sebesar 76,9 persen. Hasil ini menadi salah satu yang tertinggi di industri perbankan.
Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) BCA berada pada level yang sehat sebesar 1,8 persen pada 2024. Kemudian pencadangan NPL tercatat sebesar 208,5 persen, berada pada level yang memadai dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi dan bisnis debitur. Sehingga, meskipun terjadi kenaikkan, masih dalam batas wajar dan terkendali.