Menanggapi hal tersebut, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai bank sentral harus mewaspadai pelemahan nilai tukar rupiah. Menurutnya, pelemahan yang berlangsung lama dapat menggerus cadev pada Juli hingga Agustus 2022.
"Tekanan eksternal mulai terasa, pelemahan nilai tukar rupiah, dan itu membutuhkan support dari cadev," kata Bhima kepada Fortune Indonesia, Kamis (7/7).
Pelemahan nilai tukar rupiah juga dikhawatirkan dapat meningkatkan beban pembayaran bunga utang dan cicilan dari utang luar negeri pemerintah maupun swasta.
Pada Kamis (7/7) pagi, nilai tukar rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.985 per dolar AS, bila dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.999 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) kemarin (6/7) sore, nilai tukar rupiah bertengger pada level Rp15.051 per dolar AS.