Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kinerja perbankan milik negara (Bank BUMN) masih terjaga stabil meski laju pertumbuhan bank swasta lebih kencang.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa hingga Juni 2025, Bank BUMN menunjukkan performa yang solid dengan profil risiko yang tetap terkendali.
"Secara umum kinerja Bank BUMN pada Juni 2025 dinilai stabil, tercermin dari aspek likuiditas dan permodalan Bank BUMN telah memenuhi ketentuan dan sesuai dengan standar internasional," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/8).
Dari sisi intermediasi Bank BUMN pada Juni 2025 menunjukkan peningkatan dengan penyaluran kredit tumbuh sebesar 7,35 persen secara tahunan (yoy) menjadi sebesar Rp3.714,35 triliun. Sejalan dengan itu dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 10,56 persen (yoy) menjadi sebesar Rp4.228,32 triliun.
Likuiditas juga tetap terjaga, tercermin dari Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) masing-masing di rentang 129,80 persen sampai dengan 187,04 persen dan 110,37 persen sampai dengan 143,02 persen, di atas ketentuan threshold 100 persen.
Sementara pada tingkat profitabilitas Bank BUMN (Return on Asset/ROA) dinilai memadai, dengan torehan laba sebesar Rp60,42 triliun atau mencapai target Rencana Bisnis Bank (RBB) yang ditetapkan. Dian menegaskan hasil ini menunjukkan kinerja yang tetap resilien dan stabil.
"Kemudian ketahanan Bank BUMN juga tetap kuat, tecermin dari permodalan (CAR) yang memadai. Ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian globa," tegas Dian.
Ke depan, OJK memproyeksikan bahwa kinerja Bank BUMN tetap akan terjaga kedepan. Apalagi, lanjut Dian, ada sejumlah program pemerintah yang bersinggungan dengan sektor ini seperti program Koperasi Merah Putih (KMP) yang didukung oleh dana Pemerintah, 3 Juta Perumahan, serta Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menurutnya, hal ini dapat dimanfaatkan oleh bank sebagai kesempatan pengembangan usaha termasuk dalam rangka penyaluran kredit/pembiayaan yang efektif dan berkualitas.
"Sektor perbankan sebagai sektor yang memiliki total aset terbesar di industri jasa keuangan sudah sepatutnya memainkan peran yang signifikan dalam mendukung program-program pemerintah," ungkap Dian.
Kondisi likuiditas perbankan pun masih memadai dalam mengantisipasi peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan untuk mendukung berbagai program nasional.
Kendati demikian, lembaga otoritas RI ini tetap menghimbau kepada industri perbankan untuk senantiasa memperhatikan prinsip manajemen risiko dalam menjalankan aktivitas operasional pembiayaan ketika berpartisipasi dalam program Pemerintah yang dimaksud. Sehingga kinerja bank tetap dapat terjaga dan terus tumbuh dengan baik.