Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perekonomian global menunjukkan divergensi pada negara-negara maju, sehingga respons kebijakan perlu diambil oleh sejumlah negara. Sebagai contohnya di Amerika Serikat (AS), the Fed menahan kenaikan suku bunga kebijakan seiring mulai meredanya tekanan inflasi. Namun, dengan masih ketatnya pasar tenaga kerja di tengah kinerja perekonomian yang di atas ekspektasi, the Fed mensinyalkan masih akan ada kenaikan suku bunga di tahun ini.
Kebijakan untuk menaikkan suku bunga juga ditempuh oleh bank sentral Eropa karena tingkat inflasi di beberapa negara Eropa yang persisten tinggi. Di Tiongkok, pemerintah dan bank sentral mengeluarkan stimulus dan menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus melemah.
Di domestik, kinerja perekonomian nasional terpantau positif dengan tekanan inflasi mereda dan kembali ke rentang target Bank Indonesia (BI) yang tercatat 3,52 persen (yoy) pada Juni 2023, turun dari Mei 2023 sebesar 4,00 persen.
“Hasil Global Bank Stress Test IMF menunjukkan dalam skenario ekonomi memburuk, stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap dapat terjaga baik dengan buffer permodalan dan likuiditas perbankan yang dimiliki diperkirakan mampu menyerap risiko yang muncul,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar melalui konferensi video di Jakarta, Selasa (4/7).