Jakarta, FORTUNE - Tren penggunaan buy now pay later (BNPL) atau paylater terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Pengamat menilai, salah satu faktor pendorongnya yakni adanya stagnasi pendapatan dan fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang saat ini terjadi besar-besaran.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Maret 2025 baki debet kredit BNPL mengalami pertumbuhan 32,18 secara tahunan persen dengan realisasi nilai Rp22,78 triliun. Jumlah rekening pun turut meningkat menjadi 24,59 juta (Februari 2025: 23,66 juta).
Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda tidak menampik tren peningkatan ini disebabkan lemahnya perekonomian domestik akibat marak PHK. Menurutnya, skema pembayaran paylater menjadi bantalan pembiayaan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesai pada kuartal pertama 2025 hanya 4,87 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mampu mencapai 5,11 persen. Sementara Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap sebanyak 73.992 pekerja telah mengalami PHK hanya dalam kurun 1 Januari hingga 10 Maret 2025.
"Ketika pendapatan menurun dan hilang sedangkan kebutuhan tetap bahkan meningkat, saya rasa masyarakat akan cari pembiayaan yang cocok bagi karakteristik masing-masing penduduk," kata dia kepada Fortune Indonesia, Jumat (16/5).