Jakarta, FORTUNE - Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 5,75 persen dinilai sejumlah ekonom belum efektif mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti diketahui, ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 hanya mampu tumbuh sebesar 4,95 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahma berpandangan pergerakan suku bunga pinjaman konsumsi dan investasi cenderung memiliki volatilitas yang lebih kecil dibandingkan suku bunga acuan.
Dengan demikian, penurunan suku bunga oleh BI tidak serta-merta diikuti oleh perbankan dalam menurunkan suku bunga pinjaman. Hal ini menyebabkan adanya jeda waktu atau delay dalam transmisi kebijakan moneter ke sektor riil. "Konsekuensinya apa? Pada waktu BI nurunin suku bunga, saya melihat ada delay untuk penurunan suku bunga pinjaman dan sebagainya," kata Tauhid kepada media di Jakarta, beberapa waktu lalu.