Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kinerja pembiayaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) masih akan berbobot pada tahun depan. Tren ini menjadi anomali positif di tengah kontraksi yang dialami industri pembiayaan kendaraan baru secara umum.
Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menjelaskan optimisme ini didorong oleh kebijakan pendukung lingkungan serta bertambahnya pilihan merek kendaraan listrik bagi konsumen.
Agusman mencatat, hingga Oktober 2025, pembiayaan mobil listrik oleh industri multifinance mencapai Rp17,64 triliun. Angka ini tumbuh 2,70 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
"Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya minat konsumen terhadap kendaraan ramah lingkungan," ujar Agusman dalam jawaban tertulis, Jumat (19/12).
Kinerja ini kontras dengan total pembiayaan kendaraan baru secara industri. Pada periode yang sama, segmen ini mengalami kontraksi sebesar 2,64 persen secara tahunan (year on year) dengan total nilai Rp230,36 triliun.
Menurut Agusman, penurunan ini sejalan dengan revisi target penjualan kendaraan oleh Gaikindo akibat perlambatan pasar otomotif.
"Proyeksi pembiayaan kendaraan pada tahun depan diperkirakan mengikuti dinamika pasar otomotif, dengan peluang pertumbuhan terutama dari segmen kendaraan listrik dan inovasi produk pembiayaan," ujarnya.
Di tengah dinamika ekosistem penjualan kendaraan tersebut, OJK turut menyoroti aspek keamanan dokumen. Agusman mengingatkan risiko bertransaksi kendaraan yang hanya menggunakan STNK tanpa BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor).
"Hal itu berisiko menimbulkan sengketa kepemilikan dan risiko kredit bagi multifinance," ujarnya.
Ia meminta perusahaan pembiayaan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian, memverifikasi dokumen secara memadai, serta menjadikan BPKB sebagai agunan wajib. OJK juga mendorong edukasi publik agar transaksi kendaraan selalu dilakukan melalui jalur resmi dengan dokumen lengkap.
