Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi Bank Indonesia (Unsplash/Nindya A A)
Ilustrasi Bank Indonesia (Unsplash/Nindya A A)

Intinya sih...

  • BI menurunkan BI-rate menjadi 5,5% untuk longgarkan likuiditas dan gairahkan kredit

  • Penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan

  • Kebijakan ini mencerminkan keyakinan otoritas moneter terhadap stabilitas perekonomian nasional dan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi dunia usaha

Jakarta, FORTUNE – Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI-rate) menjadi 5,5 persen pada periode Mei 2025 disambut baik oleh sejumlah bankir nasional. Kebijakan ini dinilai akan membawa angin segar bagi lembaga keuangan.

Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan menganggap penurunan BI-rate bisa melonggarkan likuiditas hingga menurunkan beban atau cost of fund (COF) bank untuk penyaluran kredit. “Kami sambut baik. Kami harapkan COF dapat berangsur turun apabila likuiditas sudah tidak terlalu ketat. Sehingga kredit bisa lebih bergairah,” kata Lani kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (22/5).

Namun demikian, lanjut Lani, gairahnya penyaluran kredit perbankan masih bergantung terhadap situasi dan kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat.



Kondisi ekonomi pengaruhi pergerakan bunga kredit bank

Ilustrasi Bank Central Asia (BCA) (bca.co.id)

Sementara itu, Executive Vice President (EV) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn juga berharap kebijakan ini dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pihaknya juga meramal pergerakan suku bunga kredit bank masih akan bergantung pada kondisi ekonomi.

“Dalam menentukan kebijakan suku bunga kredit, BCA  senantiasa mencermati perkembangan suku bunga acuan ke depan. Parameter makroekonomi lainnya, kondisi likuiditas sektor perbankan, dan kondisi pasar yang dipengaruhi faktor permintaan dan penawaran,” kata Hera.

Meski demikian, secara bersamaan, BCA senantiasa melakukan review secara berkala dan memperhatikan tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima pasar dan memperhatikan daya beli masyarakat.

Ke depan, BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin. 

BRI: penurunan bunga BI untuk meredam tekanan global

Ilustrasi Gedung Bank BRI (bri.co.id)

Di sisi lain, Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi memandang kebijakan ini mencerminkan keyakinan otoritas moneter terhadap stabilitas perekonomian nasional. “Serta menjadi langkah strategis dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, khususnya di tengah perlambatan global dan tekanan eksternal,” kata Agustya.

Sebagai bank yang memiliki fokus utama pada segmen UMKM, BRI juga optimis bahwa pelonggaran suku bunga akan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi dunia usaha. BRI secara konsisten akan terus menyesuaikan strategi penyaluran kredit secara prudent dan selektif, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian serta good corporate governance.

“Kami memandang bahwa kebijakan ini berpotensi menurunkan cost of fund secara bertahap, meningkatkan minat pembiayaan, serta mendorong konsumsi dan investasi masyarakat,” kata Agustya.

Sementara itu hingga periode kuartal I 2025, OJK mencatat fungsi intermediasi perbankan menunjukkan moderasi dengan pertumbuhan kredit 9,16 persen (YoY) pada Maret 2025 secara industri. Meski demikian, likuiditas menjadi lebih ketat dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 4,75 persen dan LDR yang naik menjadi 88 persen.

Editorial Team