Jakarta, FORTUNE - Realisasi belanja APBN hingga akhir Agustus 2021 masih berada di angka Rp1.560,8 triliun atau 56,8 persen dari total pagu Rp2.750 triliun. Capaian tersebut terbilang lambat sebab pertumbuhan tahunannya hanya sebesar 1,5 persen, turun dari periode sama 2020 yang mencapai 10,8 persen.
Dus, dengan periode tahun anggaran yang hanya tersisa empat bulan, pemerintah harus menggenjot belanja hingga Rp1.89,2 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTA, Kamis (24/9), menjelaskan lambatnya realisasi belanja APBN disebabkan mampetnya penyerapan anggaran di tingkat daerah. Pasalnya, anggaran yang masih belum banyak terpakai berasal dari pos belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Dari total pagu Rp795,5 triliun, TKDD baru bisa terserap Rp472,91 triliun per akhir Agustus 2021. Dengan demikian, secara kumulatif realisasi belanja TKDD hanya 59,5 persen dari target. "TKDD mengalami kontraksi 15,2 persen dibandingkan 2020," katanya
Kecuali Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik yang masih tumbuh 0,1 persen, serapan TKDD menurun di semua jenis belanja. Dana Alokasi Umum turun 5,9 persen; Dana Bagi Hasil turun 30,2 persen; DAK Fisik turun 61,9 persen; Dana Insentif Daerah turun 38,4 persen; Dana Otsus dan Daerah Istimewa Yogyakarta turun 56,1 persen; serta Dana Desa turun 17 persen.
Di samping itu, belanja non kementerian/lembaga (K/L) juga mengalami penurunan akibat rendahnya serapan THR, dana pensiun, subsidi energi serta pupuk. "Pertumbuhan belanja K/L menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa kuat yakni 21,5 persen. Namun non belanja K/L minus 0,9 persen," jelasnya.