Jakarta, FORTUNE - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mendorong belanja pemerintah sebagai stimulus utama menopang perekonomian nasional yang kini tengah menghadapi tekanan ganda, baik dari kondisi global yang tidak menentu maupun pelemahan konsumsi domestik.
Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menyatakan risiko eksternal masih menjadi tantangan utama. Konflik geopolitik, perlambatan ekonomi Cina, serta perang dagang yang diterapkan Amerika Serikat dinilai sangat berpengaruh pada stabilitas pasar, arus investasi, dan perdagangan internasional.
Di sisi lain, kondisi dalam negeri juga belum sepenuhnya pulih, "akibat konsumsi yang melemah dan penurunan kepercayaan terhadap prospek ekonomi pasca pemilu," kata Hery dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (1/8).
Di tengah tantangan tersebut, Perbanas merilis proyeksi ekonomi Indonesia untuk 2025 dengan gambaran yang cukup hati-hati. Berikut perinciannya:
Pertumbuhan ekonomi (PDB): 4,8% ± 0,1% (YoY)
Tingkat Inflasi: terkendali pada level 1,9% ± 0,5%
Nilai tukar rupiah: diperkirakan stabil pada rentang Rp16.300 – 16.700 per dolar Amerika Serikat
Hery menyatakan proyeksi tersebut membuka ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Namun, tantangan likuiditas masih membayangi perbankan. Proyeksi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya 4,38% ± 1% (yoy) dinilai belum seimbang dengan target pertumbuhan kredit yang mencapai 8,7% ± 1% (yoy).
Oleh sebab itu, stimulus dari sisi fiskal menjadi sangat krusial. Hery menekankan pentingnya peran pemerintah menghadirkan kebijakan yang konsisten guna memulihkan kepercayaan publik dan daya beli.
"Investasi yang dilakukan BUMN dan Danantara mesti didorong lebih lanjut, khususnya ke sektor-sektor produktif, padat karya, dan strategis. Ini dapat menjadi sinyal merangsang investasi swasta ikut serta bergerak menyokong investasi-investasi tersebut," ujar Hery.
Selaras dengan itu, sektor perbankan diharapkan mampu menangkap peluang dari tren penurunan suku bunga dengan melakukan ekspansi kredit. Penyaluran kredit diimbau lebih difokuskan pada sektor-sektor dengan prospek pertumbuhan menjanjikan dan sejalan dengan prioritas kebijakan pemerintah.