Jakarta, FORTUNE - Penerimaan pajak pada 2025 diperkirakan tidak akan mencapai target yang ditetapkan dalam APBN 2025, yakni Rp 2.189,3 triliun.
Prognosis itu disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa, sebagai respons atas kondisi perekonomian domestik yang belum pulih.
“Karena [perekonomian] lambat, [perolehan pajak di] bawah target semula,” ujarnya saat berbicara pada acara Financial Forum 2025 di Jakarta, Rabu (3/12).
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi hingga akhir Oktober menunjukkan penerimaan pajak baru mencapai Rp 1.459 triliun, atau turun 3,8 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Perolehan tersebut masih jauh dari target akhir tahun, bahkan termasuk lebih kecil dari proyeksi semula yang pada Juli 2025 dipatok Rp 2.076,9 triliun.
Artinya, dalam dua bulan tersisa, pemerintah butuh mengejar tambahan sekitar Rp620,9 triliun agar target bisa tercapai.
Kendati demikian, Purbaya meyakinkan publik bahwa meski penerimaan pajak meleset, defisit APBN 2025 tetap akan berada di bawah batas aman, yakni maksimal 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Keuangan Negara.
Purbaya juga menanggapi anggapan bahwa pergeseran dana dari bank sentral ke perbankan adalah merupakan tindakan belanja negara. Ia menjelaskan bahwa tindakan itu bukanlah belanja, melainkan hanya pemindahan uang.
“Bank-bank yang mengatur [dana itu] sehingga uangnya bergerak,” ujarnya.
Langkah tersebut justru membantu memacu aktivitas perekonomian: belanja naik, optimisme masyarakat meningkat, dan penilaian terhadap pemerintah ikut meningkat, dengan biaya negara hampir nol.
Di sisi lain, data terbaru menunjukkan perekonomian nasional masih mencatatakan perubahan berarti.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan perekonomian Indonesia pada triwulan III-2025 tumbuh 5,04 persen secara tahunan.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi rumah tangga, ekspor, serta investasi yang tetap positif.
Dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa mengalami kenaikan signifikan, sementara konsumsi domestik serta belanja pemerintah juga tumbuh mendukung.
