Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Wealth Wisdom 2025 Jakarta_Wealth Class Sesi 1 (1).jpg
Permata Bank menggelar Wealth Wisdom 2025 di Jakarta (7/10)/Dok PermataBank

Intinya sih...

  • Permata Bank menggelar Wealth Wisdom 2025 di Jakarta

  • Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh stabil 5 persen dengan inflasi terkendali

  • Minat masyarakat untuk berinvestasi di Indonesia tinggi, namun alur investasi asing masih menunjukkan net outflow

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – PT Bank Permata Tbk (Permata Bank) hari ini (7/10) menggelar Wealth Wisdom 2025 di Jakarta. Acara ini memberikan wawasan kepada para nasabah mengenai perkembangan dinamika ekonomi global maupun domestik sekaligus strategi pengelolaan kekayaan dan peluang investasi di tengah ketidakpastian.

Pada sesi wealth class, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menyoroti beberapa faktor eksternal utama yang memengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia. Faktor tersebut meliputi perlambatan ekonomi Tiongkok di tengah perang dagang Amerika Serikat, serta kebijakan perdagangan AS yang didasari penerapan tarif resiprokal yang cenderung proteksionis. Selain itu, konflik geopolitik yang berkepanjangan di Timur Tengah, Eropa, hingga Asia Pasifik turut meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

“Di tengah volatilitas ekonomi dan geopolitik global, Indonesia merasakan dampak yang relatif terbatas, karena tingkat trade similarity dengan AS yang rendah dan karakteristik Indonesia sebagai ekonomi small-open. Sekitar 55 persen dari PDB berasal dari konsumsi rumah tangga. Namun, dampak negatif tetap dirasakan Indonesia mengingat AS merupakan tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia,” kata Josua di Jakarta (7/10).

Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh stabil 5 persen di 2025

Kawasan monas mendadak jadi pasar malam. (IDN Times/Amir Faisol)

Meski menghadapi tekanan eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 masih diproyeksikan stabil di kisaran 5 persen atau relatif lebih baik dibandingkan tren perlambatan di banyak negara lain. Dengan inflasi yang cenderung terkendali, diperkirakan ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia terbuka pada paruh kedua tahun ini.

“Di tengah ketidakpastian global, investor di Indonesia perlu menjaga keseimbangan portofolio dengan mengkombinasikan aset berisiko dan aset aman. Diversifikasi adalah strategi penting untuk meminimalkan risiko sekaligus mempertahankan potensi imbal hasil,” tambah Josua.

Sementara itu, Arief Wana, Managing Partner PT Ashmore Asset Management Indonesia, menyatakan bahwa minat masyarakat untuk berinvestasi di Indonesia sangat tinggi, terutama oleh investor lokal. Namun, berdasarkan data dari Januari-September 2025 menunjukan bahwa alur investasi oleh investor asing ke Indonesia masih menunjukkan net outflow, di mana lebih banyak investor asing yang menjual aset Indonesia mereka.

Menurut Arief, tren ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti ketertarikan investor asing untuk berinvestasi di negara-negara seperti Tiongkok, Taiwan, atau Korea Selatan yang memiliki industri teknologi yang lebih maju. Lebih lanjut, ia juga memberikan saran kepada audiens Wealth Wisdom 2025 di Jakarta terkait cara memastikan pengambilan keputusan investasi yang dapat menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan.

“Untuk memastikan bahwa kekayaan atau portofolio kita dapat tumbuh secara berkelanjutan, kita harus menerapkan manajemen risiko. Investor perlu mengerti jenis dan ukuran risiko yang diambil untuk bisa investasi di sebuah aset. Selain itu, investor harus memiliki prinsip yang kuat ketika mengambil keputusan untuk berinvestasi, jangan hanya karena ingin mengikuti tren orang lain,” jelas Arief.

 Diskusi ini menggarisbawahi bahwa membangun kekayaan yang tangguh memerlukan perpaduan antara strategi keuangan yang terukur, pemahaman pasar yang mendalam, dan ketahanan mental.

Editorial Team