Jakarta, FORTUNE - Permata Bank menegaskan kesiapannya dalam menyikapi potensi dampak rambatan dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Di tengah kekhawatiran akan tekanan pada likuiditas valuta asing (valas) perbankan nasional akibat potensi pelemahan nilai tukar rupiah, bank ini mengandalkan fundamental internal yang solid.
Direktur Utama Permata Bank, Meliza M. Rusli, menyatakan pihaknya tengah melakukan kajian mendalam ihwal pengaruh perubahan kebijakan tarif tersebut, khususnya terhadap portofolio kredit bank. Meskipun demikian, ia menunjukkan optimisme berkat posisi neraca perusahaan yang kuat.
Ia memaparkan sejumlah indikator kesehatan bank per Februari 2025: rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) berada kurang dari 83 persen, menunjukkan ruang penyaluran kredit yang masih memadai.
Lebih lanjut, tingkat likuiditas jangka pendek sangat terjaga jika berkaca pada liquidity coverage ratio (LCR) yang mencapai 424 persen, jauh melampaui batas minimum regulator sebesar 100 persen. Ketahanan pendanaan jangka panjang pun solid dengan net stable funding ratio (NSFR) 130,7 persen.