Ilustrasi Nasabah Kaya/ Shuterstock Khongtam
Ia tak memungkiri bahwa fenomena turunnya kelas menengah di masyarakat Indonesia tak bisa dihindari. Namun demikian, pihaknya belum melihat turunnya bisnis nasabah kaya di industri perbankan nasional.
"Kita lihat dalam lima tahun terakhir ini, jumlah orang yang punya wealth di Indonesia itu meningkat antara 4 hingga 5 persen setiap tahunnya. Jadi ada seklompok atau golongan yang middle-up atau high-affluent ini yang konsisten tumbuh," kata Djumariah.
Di sisi lain, tren suku bunga acuan yang mulai melonggar, lanjut Djumariah, juga akan mendorong segmen bisnis wealth miliknya di tahun 2025 mendatang. Ia optimis masih dapat melanjutkan pertumbuhan double digit di tahun 2025 atau bahkan lebih besar.
"Jadi dengan kondisi dan koordinasi pemerintahan baru, kebijakan baru, dan suku bunga yang sudah mulai turun saat ini, jadi kami cukup optimis," katanya.
Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas Suku Bunga Acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50 persen - 4,75 persen. Keputusan ini diambil The Fed setelah bulan September 2024 lalu juga memangkas bunga 50 bps pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) secara berturut-turut.