Dok. Shutterstock/Ktasimar
Dalam analisa tersebut tercatat, berdasarkan jenis penggunaan, perkembangan penyaluran kredit pada Juli 2021 dipengaruhi oleh penurunan penyaluran Kredit Investasi (KI), ditengah akselerasi penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK).
"Kredit Investasi menunjukkan kontraksi yang lebih dalam sebesar -1,7 persen (yoy) pada Juli 2021, dari sebesar -0,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya," tulis laporan tersebut.
Kontraksi lanjutan pada kredit investasi sendiri disebabkan oleh kredit pada sektor industri Pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). KI pada sektor Industri pengolahan pada Juli 2021 terkontraksi -0,5 persen (yoy) berbalik arah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh positif 0,4 persen yoy. Hal ini terjadi khususnya pada industri logam dasar besi dan baja di Banten dan DKI Jakarta.
Di sisi lain, KMK dan KK menjadi penahan perlambatan laju pertumbuhan kredit yang lebih rendah. KMK tumbuh meningkat, dari positif 0,1 persen (yoy) pada Juni 2021 menjadi 0,2 persen (yoy) pada Juli 2021, terutama di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor PHR. KMK Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan pada Juli 2021 tercatat 13,7 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 11,7 persen (yoy).
Peningkatan terutama terjadi pada KMK perkebunan kelapa sawit. Sementara itu, KMK sektor PHR tumbuh meningkat sebesar 3,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juni 2021 sebesar 2,19 persen (yoy). Hal itu terutama bersumber dari peningkatan realisasi kredit KMK sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang cidominasi makanan, minuman dan tembakau.
Sementara itu, pertumbuhan Kredit Konsumsi (KK) terakselerasi, dari 1,9 persen (yoy) pada bulan Juni 2021 menjadi 2,3 persen (yoy) di Juli 2021 disebabkan oleh perbaikan penyaluran kredit KPR dan kredit multiguna.