Jakarta, FORTUNE - Platform pinjaman daring (Pindar) Rupiah Cepat menargetkan penyaluran kredit mencapai Rp15 triliun hingga akhir tahun 2025. Target tersebut 10 persen lebih tinggi jika dibandingkan ralisasi tahun lalu
Direktur Utama Rupiah Cepat, Anna Maria Chosani, mengatakan target tersebut optimistis dapat dicapai seiring realisasi penyaluran pendanaan hingga pertengahan tahun ini yang telah mencapai Rp7 triliun. Sejak didirian pada 2017, Rupiah Cepat telah melayani sekitar 6,9 juta penerima dana dengan jumlah dana yang tersalurkan mencapai lebih dari Rp31,8 triliun.
"Kami ada revisi atas target di pertengahan tahun. Mudah-mudahan bisa sampai Rp15 tiliun (penyalurannya)," ujarnya dalam Kegiatan Literasi Keuangan Bersama Kalangan Disabilitas, di Jakarta, Kamis (9/10).
Sejalan dengan penyaluran kredit yang terus bertumbuh, Anna menyampaikan bahwa Rupiah Cepat mampu menjaga kredit macet di bawah tiga persen seperti yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara tingkat keberhasilan bayar dalam 90 hari atau TKB 90 tercatat di level 99,28 persen.
"Kita ada kebijakan untuk maintain di angka segitu. Jadi memang bukan naik, tapi dijaga agar tetap di bawah 3 persen," kata Anna.
Menurutnya, salah satu tantangan utama dalam menjaga rasio kredit macet datang dari perilaku pengguna yang masih belumsepenuhnya memahami skema pinjaman daring. Industri fintech lending dinilai masih relatif baru di masyarakat, sehingga sebagian pengguna belum memiliki kebijaksanaan finansial yang matang.
"Kalau kita runut, banyak kasus kredit macet itu karena kebijaksanaan pengguna yang belum terbentuk. Sama seperti dulu waktu awal-awal ada kartu kredit, orang merasa seperti dapat uang saku tambahan. Sekarang masyarakat sudah belajar, dan kami yakin pola itu juga akan terbentuk di fintech," katanya.
Karena literasi finansial yang bnelum merata, Rupiah Cepat berupaya melakukan berbagai kegiatan untuk menyebarkan pemahaman terkait leuangan kepada masyarakat, terutama disabilitas.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang dirilis OJK dan BPS, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 66,4 persen, sementara indeks inklusi keuangan 80,51 persen.
Meskipun indeks tersebut terbilang tinggi, namun belum merata di kelompok masyarakat. Susenas BPS 2023 mencatat, hanya 24,3 persen penyandang disabilitas usia ≥ 15 tahun yang memiliki rekening bank. Akses kredit bahkan tercatat lebih rendah di kisaran 14,2 persen, dibanding 20,1 persen pada rumah tangga non-disabilitas.
Maka dari itu, Rupiah Cepat bekerja sama dengan Perkumpulan Penyandang Disabilitas (PPDI) melalui penyerahan dana CSR sebesar Rp100 juta dan kegiatan literasi kepada anggota PPDI yang bertujuan untuk mendukung para penyandang disabilitas agar semakin mampu memanfaatkan layanan keuangan digital secara bijak dan mandiri.