Jakarta, FORTUNE - Bank-bank Amerika Serikat meminjam dana sebesar US$18,5 miliar dari fasilitas reverse repurchase agreement (repo) Federal Reserve pada hari Senin. Lonjakan tersebut menandakan adanya tekanan pendanaan ringan di pasar keuangan menjelang akhir kuartal ketiga, demikian laporan MarketScreener.
Peningkatan permintaan ini menunjukkan sebagian lembaga keuangan beralih ke bank sentral Amerika Serikat sebagai pemasok likuiditas darurat (lender of last resort) ketika sulit mendapatkan pendanaan jangka pendek dari pasar swasta dengan suku bunga wajar.
Menurut data dari Federal Reserve Bank of New York, pinjaman tersebut merupakan yang tertinggi sejak permintaan besar yang juga terjadi menjelang akhir kuartal pada Juni lalu. Fasilitas Standing Repo Facility (SRF) yang diluncurkan Fed pada 2021 memang dirancang sebagai katup pengaman untuk mencegah gejolak di pasar pendanaan, demikian laporan Reuters.
Seorang juru bicara dari New York Fed menyatakan fasilitas ini berfungsi sesuai tujuannya.
“Penggunaan fasilitas repo menunjukkan bahwa fasilitas tersebut menyediakan cadangan likuiditas yang efektif seperti yang diharapkan,” katanya, seperti dikutip Reuters.
Meskipun angka pinjaman ini signifikan, para analis menilai situasi saat ini masih terkendali. Teresa Ho, seorang ahli strategi di JPMorgan, dalam catatannya kepada klien menyoroti pentingnya fasilitas ini.
“Fasilitas ini melakukan persis seperti yang seharusnya dilakukan—bertindak sebagai penopang ketika pendanaan swasta menjadi langka atau mahal,” katanya.
Tekanan pendanaan sering kali meningkat pada akhir periode pelaporan kuartalan. Saat itu, bank-bank cenderung mengurangi aktivitas pinjaman demi memperkuat neraca keuangannya. Kondisi ini diperparah oleh kebutuhan korporasi membayar pajak kuartalan, yang turut menyedot likuiditas dari sistem perbankan.
Mark Cabana, kepala strategi suku bunga AS di BofA Securities, memberikan pandangan serupa.
“Ini adalah tanda-tanda tekanan pendanaan yang ringan. Pasar menaikkan harga repo sedikit lebih tinggi, dan Fed tersedia untuk menyediakan cadangan likuiditas ke pasar,” ujarnya kepada Reuters.
Meskipun demikian, beberapa analis memandang penggunaan SRF sebagai cerminan dari tantangan yang lebih dalam.
“Setiap kali bank meminjam dari Fed, hal tersebut menggarisbawahi beberapa tingkat tekanan,” kata seorang analis kepada Reuters.
Ini menunjukkan bahwa bank lebih memilih membayar bunga 5,25 persen kepada Fed ketimbang mencari alternatif di pasar terbuka.
Ke depan, pasar akan terus mengamati seberapa sering bank memanfaatkan fasilitas ini. Penggunaan yang berkelanjutan dapat memicu perdebatan lebih lanjut mengenai kecukupan cadangan likuiditas dalam sistem perbankan AS.
Fed sendiri melihat penggunaan fasilitas ini sebagai hal normal.
“Para pejabat Fed telah mengatakan bahwa mereka berharap bank akan menggunakan fasilitas tersebut dan tidak melihatnya sebagai tanda masalah,” demikian Michael Derby dikutip Reuters.