Jakarta, 16 Mei 2025 - Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia cenderung menghindari utang. Temuan ini dan beberapa fakta menarik lainnya, terungkap dalam Laporan Mastercard Small Business Barometer 2025, yang diterbitkan oleh Mastercard Center for Inclusive Growth bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Mercy Corps Indonesia, dan 60 Decibels.
Aileen Goh, Country Manager, Indonesia, Mastercard, mengatakan, terlepas dari berbagai rintangan yang dihadapi oleh para pelaku usaha mikro dan kecil, banyak dari mereka yang ingin menumbuhkan bisnisnya. “Oleh karena itu, memberikan dukungan dan solusi yang tepat akan sangat membantu mereka untuk pencapaian tujuan bisnis mereka,” ujarnya, (15/5). Ia menambahkan, “Pada saat yang sama, studi ini mengungkap kesenjangan di seluruh wilayah dalam hal ketersediaan dukungan dan peluang.”
Menariknya, meskipun hampir separuh dari UMK menunjukkan aspirasi untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan memperbesar basis pelanggan, kurang dari 30 persen bisnis mendapatkan akses ke pinjaman usaha dalam setahun terakhir (sedikit menurun dari 33 persen yang tercatat dalam Laporan Barometer sebelumnya).
Keengganan untuk mencari pinjaman eksternal ini dapat mencerminkan ketahanan finansial pada usaha mikro dan kecil atau preferensi budaya yang ada di antara para pengusaha di Indonesia untuk menghindari utang. Angka ini juga konsisten dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang mengalami kondisi ekonomi yang serupa, seperti Vietnam.
Menurutnya, inilah tujuan utama dari Mastercard Small Business Barometer Report: untuk memberikan wawasan mengenai apa yang benar-benar penting bagi usaha mikro dan kecil sebagai tulang punggung perekonomian nasional, agar program dan produk yang Mastercard luncurkan dapat lebih relevan dan berdampak. “Bersama dengan para organisasi yang memiliki visi yang sama, Mastercard berkomitmen untuk memperkuat ekosistem usaha kecil dan mendorong dampak yang lebih besar dan transformatif bagi para pelaku usaha kecil di Indonesia."