Ilustrasi Bank Neo Commerce/Dok BNC
Bank Neo Commerce mampu memperbaiki rugi hingga menjadi Rp6,15 miliar pada semester I-2024 dari Rp326,78 miliar pada periode sama pada 2023.
Direktur Bisnis Bank Neo Commerce, Aditya Windarwo, mengatakan bahwa seiring dengan meningkatnya use case, BNC kini memiliki kesadaran dan manajemen risiko yang lebih baik.
Langkah-langkah efisiensi tersebut membuahkan hasil, dan dapat dilihat pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang berkisar 100,27 persen pada Juni 2024, atau mengalami penurunan signifikan dari posisi pada Juni tahun sebelumnya yang mencapai 115,99 persen.
“Kami optimistis kinerja yang baik ini akan semakin baik lagi di semester kedua di tahun ini. Kami berupaya maksimal untuk dapat meraih hasil positif di akhir tahun ini," kata Aditya melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (2/8).
Meski demikian, pendapatan non-bunga atau fee-based income (FBI) bank ini mampu naik 16,98 persen menjadi Rp51,15 miliar pada Juni 2024.
Pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) BNC untuk enam bulan pertama 2024 mencapai Rp1,55 triliun alias mengalami peningkatan ketimbang Rp1,38 triliun NII pada enam bulan pertama tahun sebelumnya.
Bank dengan kode saham BBYB ini telah menyalurkan kredit Rp9,02 triliun pada akhir semester I-2024, meningkat sebesar 1,6 persen bila dibandingkan dengan penyaluran kredit per 31 Mei 2024 yang sebesar Rp8,88 triliun.
“Penyaluran tersebut dilakukan dengan selektif untuk menjaga kualitas kredit dengan risiko yang dapat terkelola dengan baik dengan posisi non-performing loan (NPL) neto per 30 Juni 2024 sebesar 1,28 persen," ujarnya.
Likuiditas BNC terjaga baik dengan dana pihak ketiga (DPK) menanjak 6,01 persen, dari Rp13,87 triliun per 31 Desember 2023 menjadi Rp14,76 triliun pada 30 Juni 2024.