Riset: Kredit Batu Bara Masih Menggunung di Sejumlah Bank
Ini tanggapan BCA terkait tingginya kredit batu bara.
Jakarta, FORTUNE - Riset yang dilakukan oleh 350 Indonesia bersama koalisi organisasi masyarakat sipil #BersihkanBankmu mengungkapkan data sejumlah bank nasional yang menyaluran kredit ke sektor batu bara dalam lima tahun terakhir. Dalam riset bertajuk “Stop Burning Our Money!”, tercatat empat bank dalam negeri telah menyalurkan kredit cukup besar ke sektor batu bara pasca tercapainya Kesepakatan Paris pada 2015.
Keempat bank tersebut ialah Bank Mandiri, BCA, BRI hingga BNI. Keempat bank tersebut membukukan total kredit ke batu bara senilai US$ 3,54 miliar atau sekitar Rp52,8 triliun sejak 2015 hingga 2021.
“Selain itu, keempat bank tersebut juga memberikan berbagai bentuk dukungan finansial kepada perusahaan batu bara untuk mendapatkan pinjaman dari bank lain dan investor,” tulis laporan tersebut dikutip di Jakarta, Kamis (1/9).
Kredit batu bara di Bank Mandiri capai US$3,19 miliar
Laporan tersebut juga mencatat, penyaluran kredit batu bara tertinggi bersumber dari Bank Mandiri yang mencapai US$3,19 miliar atau sekitar Rp47,64 triliun. Finance Campaigner 350 Indonesia, Suriadi Darmoko menjelaskan, riset tersebut hanya meneliti 24 bank dantidak menyentuh seluruh bank. Namun demikian, pihaknya fokus pada bank papan atas di dalam negeri.
“Meskipun berbagai bencana ekologi akibat krisis iklim telah terjadi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, namun tidak menyurutkan perbankan di Indonesia untuk terus mendanai batu bara, penyebab krisis iklim,” ujar Suriadi.
Dalam laporan tersebut, Bank Mandiri tercatat masih menyalurkan kredit ke sejumlah perusahaan batu bara antara lain Indika Energy, Trada Alam Minera, Petrosea dan perusahaan lain. Namun demikian, saat dikonfirmasi oleh Fortune Indonesia, Bank Mandiri belum bersedia mengomentari riset tersebut.
Ini tanggapan BCA terkait tingginya kredit batu bara
Selain Bank Mandiri, bank lain yang masih menyalurkan kredit tinggi di segmen batu bara ialah BCA. Riset tersebut mencatat, pada tahun 2015 hingga 2021 BCA telah menyalurkan kredit sektor batu bara senilai US$170,46 juta atau sekitar Rp2,5 triliun.
Menanggapi hal tersebut, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, dalam menjalankan kegiatan operasional dan bisnis, BCA senantiasa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk regulator dan otoritas.
“Hingga Juni 2022, pembiayaan BCA ke sektor batu bara hanya berkontribusi sekitar 0,2 persen dari total kredit BCA. Di sisi lain, kami terus mendorong portofolio kredit keuangan berkelanjutan,” kata Hera kepada Fortune Indonesia, Kamis (1/9).
Hera mengungkapkan, hingga Juni 2022, penyaluran kredit BCA ke sektor-sektor berkelanjutan telah mencapai Rp169,5 triliun atau tumbuh 21,8 persen secara year on year (yoy). Nilai tersebut berkontribusi hingga 24,9 persen terhadap total pembiayaan BCA.
“Pembiayaan yang kami berikan termasuk untuk sektor energi terbarukan, di antaranya mencakup proyek pembangkit listrik tenaga surya, air, minihidro, biogas, dan biomassa. Proyek-proyek ini tersebar pada 13 wilayah di Indonesia, dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan hampir mencapai 200 Mega Watt,” ungkap Hera.