Jakarta, FORTUNE - PT Sun Life Financial Indonesia menyoroti masih rendahnya kesiapan finansial masyarakat Indonesia dalam menghadapi kondisi darurat. Berdasarkan riset Sun Life Asia Financial Resilience Index 2025, hanya separuh responden di Indonesia yang merasa siap menghadapi krisis keuangan.
Selain itu, meskipun rasa aman secara finansial meningkat hingga 57 persen, generasi muda, khususnya Gen Z, menjadi kelompok paling rentan dengan tingkat kepercayaan diri finansial hanya 49 persen. Kondisi ini berdampak pada banyaknya generasi usia produktif yang masih berfokus pada kebutuhan jangka pendek, sementara perencanaan pensiun belum menjadi prioritas.
Untuk meningkatkan edukasi dan literasi keuangan, Sun Life Indonesia mengadakan agenda edukasi keuangan dan forum diskusi interaktif seputar literasi finansial, termasuk topik perencanaan masa depan dan proteksi keluarga.
“Selama tiga dekade kami beroperasi di Indonesia, tantangan terbesar masih pada minimnya perencanaan jangka panjang, baik untuk pensiun maupun warisan. Melalui Bright Talk, kami ingin mengajak masyarakat memahami langkah-langkah sederhana dalam pengelolaan keuangan,” ujar Albertus Wiroyo, Presiden Direktur Sun Life Indonesia dikutip dari keterangan tertulis, Senin (22/9).
Sejalan dengan agenda literasi, Sun Life juga memperkenalkan Sun Proteksi Heritage 100, produk perlindungan jiwa hingga usia 100 tahun, sejalan dengan strategi perusahaan dalam memperluas akses perlindungan finansial di tengah tantangan inflasi dan kebutuhan jangka panjang.
Perusahan juga memperkenalkan sejumlah penyederhanaan layanan, seperti otomatisasi klaim, penggunaan digital form dan web portal serta integrasi dengan aplikasi CIMB Octo Mobile, sebagai bagian dari strategi digitalisasi layanan untuk memperkuat pengalaman nasabah.
“Komitmen utama perusahaan adalah menghadirkan solusi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, sekaligus meningkatkan literasi finansial agar keluarga Indonesia lebih siap menghadapi tantangan ekonomi ke depan,” katanya.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kinerja industri asuransi masih akan tetap tumbuh tahun ini, yang mana aset asuransi diperkirakan melanjutkan pertumbuhan 3-4 persen untuk asuransi jiwa dan 6-7 persen untuk asuransi umum dan reasuransi.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, menyampaikan bahwa pertumbuhan ini diharapkan dapat berjalan sesuai dengan roadmap masing-masing industri, serta dukungan dari program-program anorganik yang selaras dengan kebijakan pemerintah.