Ilustrasi Layanan ATM Perbankan/ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Masyarakat Indonesia terlihat sudah mengurangi penggunaan layanan keuangan di kantor cabang fisik. Menurut Huda, sekitar 60-70 persen masyarakat sudah tidak pernah ke cabang, sehingga ada tren penurunan jumlah kantor cabang bank. Di sisi lain, terdapat peningkatan transaksi di mobile banking.
INDEF juga mencatat, sekitar 30-50 persen orang mengkonsumsi layanan mobile banking sebanyak 7 hingga 10 kali dalam sebulan, bahkan bisa lebih dari 10 kali.
“Kita bisa melihat adanya pergeseran tren dalam memanfaatkan layanan keuangan. Pandemi ini menjadi akselerator. Ke depannya, dapat dipastikan penggunaan mobile banking atau mobile apps akan meningkat, didorong dengan adanya teknologi yang canggih,” jelas Huda.
Meskipun digital banking sangat disukai dan proses yang sepenuhnya digital, survei CPAS 2022 Visa menemukan bahwa bank tradisional masih menjadi yang terdepan sebagai pilihan bank utama masyarakat.
Hal ini karena alasan keamanan dan penilaian kredit di bank digital antara lain:
- 46 persen takut rekeningnya di-hack
- 39 persen khawatir akan terjadinya transaksi tidak sah atau penipuan
- 35 persen menghkawatirkan jaringan yang tidak stabil
Sementara itu, alasan populer untuk tetap memilih bank tradisional sebagai bank utama termasuk:
- 24 persen penilaian kredit menggunakan data keuangan alternatif
- 23 persen merasa uangnya aman disimpan di bank tradisional
- 21 persen merasa mendapatkan layanan pelanggan yang baik, dan pinjaman dapat diproses dan dicairkan lebih cepat.