Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Artajasa Pacu Inovasi Pembayaran/Dok Artajasa
Artajasa Pacu Inovasi Pembayaran/Dok Artajasa

Intinya sih...

  • Artajasa terkoneksi dengan 98 bank dan 500 provider lembaga keuangan

  • Inovasi sistem pembayaran termasuk layanan Outsource Switching, ATM Bersama, QRIS, TPCM, TPP

  • Transaksi digital di Indonesia meningkat pesat hingga 34,5 miliar pada 2024 dengan pertumbuhan tertinggi pada sistem pembayaran QRIS.

Jakarta, FORTUNE - PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) terus mendukung dan memacu inovasi sistem pembayaran nasional. Hingga akhir 2024 saja, lembaga switching ini telah terkoneksi 98 bank dan 500 provider lembaga keuangan.

Direktur Utama Artajasa, Armand Hermawan menyatakan bahwa perkembangan digitalisasi di industri sistem pembayaran yang semakin masif menjadi peluang bagi para pelaku sistem pembayaran (bank maupun non bank) untuk berinovasi guna peningkatan berbagai layanan sistem pembayaran digital. Untuk itu, Artajasa sebagai pionir transaksi elektronis terdepan selama 25 tahun telah membangun solusi layanan sistem pembayaran yang terintegrasi.

“Pelanggan dapat memanfaatkan infrastruktur dan sistem yang dimiliki Artajasa dengan skema sewa maupun revenue shared, diantaranya adalah untuk layanan Outsource Switching, layanan delivery channel seperti ATM dan EDC, layanan TPCM dan TPP,” tambah Armand saat gelaran Digital Economic Forum 2025 yang berlangsung di Jakarta (25/2).

Ini inovasi terbaru yang disiapkan Artajasa

Ilustrasi ATM BRI (bri.co.id)

Armand menjelaskan, dimulai dari mengelola layanan switching ATM Bersama pada tahun 2000, Artajasa secara kontinyu mengimplementasikan layanan transfer antar bank di ATM Bersama secara online dan real-time.

Inovasi ini juga menginisiasi lahirnya Asian Payment Network, mempelopori pembuatan Standar Spesifikasi Chip Kartu Debit dan ATM di industri perbankan, Interkoneksi layanan Transfer Dana Antar Switching. 

Selain itu, Artajasa juga mengimplementasikan solusi layanan ATM Bersama debit, menerapkan layanan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) dan meluncurkan layanan Third Party Card Management (TPCM) yang dapat mengimplementasikan layanan Tarik Tunai Tanpa Kartu Antarbank di jaringan ATM Bersama.

“Kami juga mengimplementasikan layanan Bersama Interface Processor (BIP) untuk mendukung Perbankan implementasi BI-Fast, hingga memperluas implementasikan layanan QRIS Antarnegara”, jelas Armand.

Di era digital, lanjut Armand, perusahaan membutuhkan solusi sistem pembayaran yang terpadu. Untuk itu, Artajasa juga menghadirkan solusi Managed Service bagi Institusi keuangan seperti bank dan fintech dalam penyediaan layanan keuangan bagi nasabahnya tanpa harus mengeluarkan biaya investasi yang besar.

BI catat transaksi pembayaran digital capai 34,5 miliar

ILUSTRASI SALDO DIGITAL (FREEPIK)

Pada masa kini, masyarakat senantiasa mengandalkan platform keuangan digital untuk melakukan berbagai aktivitas keuangan, mulai dari transaksi, menabung, hingga berinvestasi. Masyarakat juga melakukan transaksi digital di hampir semua kesempatan dan tempat baik di ritel modern maupun pedagang kaki lima. 

Didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal, nilai transaksi digital di Indonesia meningkat pesat. Bank Indonesia (BI) mencatat pembayaran digital pada 2024 mencapai 34,5 miliar transaksi atau tumbuh 36,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Secara spesifik, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sistem pembayaran QRIS yang tumbuh 186% yoy menjadi 689,07 juta transaksi. Adapun jumlah pengguna QRIS hingga November 2024 telah mencapai 55,02 juta dan jumlah merchant mencapai 35,1 juta, yang mana sebagian besar adalah merchant UMKM.

Selain itu, Center of Economic and Law Studies (Celios) memperkirakan pembayaran digital untuk tahun 2024 kita prediksikan untuk mencapai Rp2.491,68 triliun. Perkembangan tersebut terlihat jelas di sektor keuangan seiring makin banyaknya orang yang melakukan transaksi keuangan secara digital dalam kehidupan sehari-hari.   

Kendati demikian, pesatnya pertumbuhan transaksi digital juga menyisakan beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, salah satunya inklusi keuangan. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.

Editorial Team