Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi keuangan rumah tangga (Shutterstock/Chotthanin Thitiakarakiat)

Jakarta, FORTUNE - Kebijakan tapering Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sudah berada di depan mata. Kebijakan tersebut berisiko menggoyang struktur cadangan devisa (cadev) Indonesia.

Sebelumnya, cadev Indonesia menyusut 0,95 persen dari US$146,9 miliar pada September 2021, menjadi US$145,5 miliar sebulan setelahnya. Salah satu penyebabnya, yakni pembayaran utang luar negeri (ULN).

Masih Berisiko Terguncang

Kenaikan dan penurunan cadev merupakan hal wajar. Namun, ada sejumlah faktor yang membuat risikonya mesti dimitigasi lebih dini karena berpotensi menggoyang struktur cadev negara. 

Tapering off atau pengurangan penyuntikan likuiditas oleh The Federal Reserve yang dimulai bulan ini salah satu faktor tersebut. Pun begitu terganggunya kinerja ekspor karena terjadi krisis kontainer. Di saat yang sama, pelemahan rupiah mesti dikendalikan. Diperparah dengan kondisi dilematis terkait penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).

Setidaknya, menurut Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira kondisi itu akan berlanjut hingga 2021. “Situasinya sangat sulit,” ujarnya kepada Fortune Indonesia pada akhir pekan lalu.

Bagaimana BI Dapat Menghadapi Situasi Sulit Itu?

Editorial Team

Tonton lebih seru di