Warga memperlihatkan uang rupiah usai melakukan penukaran di loket layanan Bank Indonesia di Cilegon, Banten, Kamis (7/4)/ Antara Foto
Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit pada April 2023 disebabkan oleh perkembangan kredit konsumsi, Kredit Modal Kerja (KMK), maupun Kredit Investasi (KI). Secara rinci, kredit konsumsi tumbuh 8,6 persen (yoy) mecapai Rp1.866 triliun pada April 2023, setelah tumbuh 9,1 persen yoy pada bulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit multiguna.
Penyaluran kredit sektor properti tumbuh 8,6 persen yoy pada bulan laporan, setelah bulan sebelumnya tumbuh 8,7 persen yoy, terutama disebabkan oleh perkembangan KPR/KPA. Kredit KPR/KPA tumbuh 6,8 persen yoy pada periode laporan, atau melambat setelah bulan sebelumnya tumbuh 7,3 persen yoy, khususnya pada KPR tipe 22 sampai dengan 70 di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Sementara itu, kredit modal kerja juga tumbuh melambat di 7,1 persen (yoy) menjadi Rp2.907 triliun pada April 2023, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 10,1 persen (yoy). Perkembangan KMK bersumber dari sektor industri pengolahan yang tumbuh 2,9 persen (yoy) pada bulan laporan, setelah tumbuh 4,7 persen (yoy) pada Maret 2023. Terutama pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
Selanjutnya, Kredit Investasi (KI) pada April 2023 tumbuh 9,1 persen (yoy) menjadi Rp1.676 triliun, setelah tumbuh 10,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Hal ini terutama bersumber dari sektor industri pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Sementara itu, penyaluran kredit kepada UMKM pada April 2023 tumbuh 6,6 persen (yoy), setelah tumbuh 8,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Kredit UMKM skala mikro tumbuh 38,4 persen (yoy) pada bulan laporan, setelah tumbuh 43,9 persen (yoy) pada Maret 2023.