Namun demikian, data yang menjadi sorotan adalah rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) gross paylater. Data dari laporan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), NPL gross produk paylater bank mencapai 2,50 persen. Rasio kredit macet ini lebih tinggi dibandingkan dengan NPL kredit bank secara keseluruhan yang hanya 2,25 persen.
Dalam kesempatan berbeda, Vice President Digital Retail Banking Bank Mandiri, Harry Sofri Putranda juga menyatakan bahwa kredit macet produk paylater masih menjadi perhatian industri hingga Bank Mandiri. Apalagi masih banyak pengguna paylater untuk keperluan konsumtif khususnya generasi muda.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan evaluasi bertahap dan menyeluruh terhadap layanan Livin’ Paylater untuk meningkatkan kinerja dan layanan yang optimal ke depan. “Kita dalam hal Bank Mandiri harus hati-hati. Kita sangat prudent, terutama kita bank yang memang memperhatikan risiko kredit,” kata Harry dalam Media Gathering Bank Mandiri, di Bandung (8/12).
Harry menambahkan, sejak pertama kali diperkenalkan pada Desember 2023, saat ini jumlah pengguna dari Livin’ Paylater mencapai 250 ribu nasabah. Sebagaimana diketahui, Livin’ Paylater menawarkan limit hingga Rp20 juta tanpa biaya admin bulanan serta program cicilan tanpa bunga, menjadikannya salah satu produk BNPL yang kompetitif di perbankan.
Perbankan lain yang juga menawarkan produk paylater ialah Bank Central Asia (BCA) dengan jumlah pengguna mencapai 182 ribu nasabah hingga Juli 2025. Bahkan, bank swasta terbesar ini telah menyalurkan kredit paylater senilai Rp 346 miliar atau naik sekitar 25 persen secara tahunan.