Ilustrasi Visa Contactless/Shutterstock Alexandru Nika
Kerja sama ini tentunya akan menyederhanakan transaksi, di mana pelanggan tak lagi perlu memasukkan data-data sumber dananya berulang kali ke e-wallet mereka.
Riset Visa sebelumnya juga mendukung tren ini, di mana terlihat bahwa selama paruh pertama tahun 2023, satu dari tiga responden mengajukan permohonan kartu baru, dengan 43 persen termotivasi oleh keinginan untuk mengintegrasikan kartu-kartu ini ke dalam e-wallet. Hal ini menyoroti konvergensi dan koeksistensi yang terus meningkat antara kartu dan e-wallet.
Meskipun sebagian besar pembayaran dilakukan dari saldo e-wallet yang sudah ada, survei Green Shoots Radar terbaru Visa menemukan bahwa 29 persen konsumen di Indonesia, 24% di Filipina, dan 39 persen di Vietnam menggunakan kartu mereka sebagai sumber pendanaan e-wallet.
Para responden menyebutkan bahwa kenyamanan, kemampuan untuk melacak pengeluaran, kemudahan, dan keamanan merupakan beberapa faktor utama yang membuat mereka memilih mengisi saldo e-wallet mereka menggunakan kartu.
Poojyata Khattar selaku Head of Products and Solutions, Southeast Asia, Visa mengatakan, inovasi dan aliansi strategis sangat penting untuk memajukan sistem pembayaran.
"Visa memperluas pilihan konsumen dengan bermitra bersama sejumlah e-wallet terkemuka di kawasan ini, untuk memungkinkan konsumen memilih dari mana pendanaan e-wallet mereka, termasuk melalui kartu Visa," kata Poojyata Khattar.
Seiring dengan perkembangan integrasi kartu dan e-wallet di Asia Tenggara, Visa memberdayakan individu dan bisnis dengan menyediakan akses dan mendorong perekonomian yang lebih terbuka dan inklusif.