Didirikan pada 1854, Louis Vuitton memiliki berbagai macam penawaran produk—mulai dari koper, barang-barang kulit, dan fesyen hingga aksesori. Popularitasnya menjadikan merek mewah paling bernilai di dunia, dengan nilai merek atau brand value sekitar US$75,7 miliar.
Studi terbaru menunjukkan, kesuksesan LV juga menjadi faktor merek ini paling banyak dipalsukan di antara merek-merek mewah tingkat atas, diikuti oleh Gucci dan Chanel.
Mengingat pengalamannya selama 160 tahun, label Prancis ini sekarang ingin memperluas ke pasar baru dengan hotel kelas atas. Kantor pusat Louis Vuitton di Paris akan direnovasi besar-besaran untuk menjadi etalase global terbesar merek tersebut.
Selain itu, LV telah mengumumkan rencana untuk membuka toko Louis Vuitton Maison di Seoul, Korea Selatan. Kafe dan restorannya akan dirancang serta bermitra dengan koki bintang tiga Michelin, Alain Passard dari Arpège.
Masuk ke Metaverse, Louis Vuitton menghadirkan acara khusus seperti peragaan busana, pesta pribadi, dan acara eksklusif lainnya kepada pelanggan melalui realitas virtual. Misalnya dengan streaming peragaan busana di VR dan memungkinkan pelanggan untuk berpartisipasi secara virtual dari mana saja di dunia.
Satu persamaan di antara keempat merek ini, semuanya berlomba menjadi pionir di dunia maya lewat e-commerce dan tren teknologi terbaru untuk menjangkau khalayak lebih luas. Konsumen muda melek teknologi yang lebih suka berbelanja online dinilai berpotensi besar.
Merek-merek fesyen mewah ini siap menghadapi tantangan dan tren di pasar global. Diprediksi pada 2023 akan lebih banyak merek mewah yang mencoba untuk menangkap daya beli milenial dan Gen Z yang tumbuh–yang akan mewakili 45 persen pasar mewah global pada tahun 2025.