Jakarta, FORTUNE - Perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin merambah berbagai sektor, termasuk industri parfum. Para pembuat wewangian kini menggunakan algoritma canggih untuk menciptakan aroma unik yang memikat para pecinta parfum. AI mampu mengurai kompleksitas penciuman manusia dan menghasilkan wewangian yang sesuai dengan preferensi emosional setiap individu.
Menurut Rachel Herz dalam bukunya The Scent of Desire, penciuman adalah indera pertama yang terbentuk di otak organisme untuk menjauhkan mereka dari bahaya. Amigdala, bagian otak yang berinteraksi dengan reseptor penciuman, membantu mendeteksi bahaya dan memicu rasa takut.
Dalam sebuah studi di Universitas Brown, Herz dan timnya menemukan bahwa aroma dapat memicu ingatan dan memengaruhi suasana hati. Korteks olfaktori memproses aroma ini dan berkomunikasi dengan sistem limbik, mempengaruhi perilaku dan emosi. Kini AI dapat membantu mengembangkan wewangian yang unik dan personal.
Melansir Business Insider, beberapa jenama mulai memanfaatkan AI dalam pengembangan produk mereka. Givaudan, salah satu produsen wewangian terbesar di dunia, telah menggunakan AI untuk mengurai kompleksitas aroma.
"Wewangian benar-benar semacam kotak hitam," ujar Johan Chaille de Nere, direktur transformasi digital Givaudan.
Givaudan berinvestasi pada Myrissi, tools AI yang mampu menciptakan asosiasi antara aroma dan warna untuk membantu merek-merek dalam mengembangkan wewangian.
Tak hanya itu, perusahaan NOS Emotiontech juga menggunakan AI untuk menciptakan wewangian yang memicu respons emosional tertentu. Sandra Kinnmark, pendiri NOS Emotiontech, menjelaskan bagaimana AI membantu perusahaan menciptakan aroma khusus, termasuk untuk museum dan studio game.