Berlian lab grown dikembangkan di dalam laboratorium dalam waktu yang singkat dan mengutamakan prinsip sustainability, yaitu memperhatikan kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sebaliknya, berlian hasil tambang butuh proses panjang sekaligus merusak untuk mendapatkannya. Inilah yang membuat berlian hasil tambang lekat dengan masalah etika, tak hanya masalah kerusakan lingkungan tapi juga masalah buruh anak dan berlian konflik.
Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan berlian memang sangat nyata, diakibatkan oleh penggunaan alat berat dan bahan peledak. Menurut laporan Environmental Impact Analysis Production Of Rough Diamonds dari Frost & Sullivan, untuk mendapatkan 1 karat berlian hasil tambang, dibutuhkan konsumsi lahan, energi, dan air yang sangat besar. Penambangan berlian juga menyisakan polusi udara dan limbah mineral yang jumlahnya sangat besar. Semua ini kerusakan lingkungan ini dapat dikurangi menjadi minimal dengan memproduksi berlian di laboratorium.
Chelsea Islan mengatakan semua yang dilakukan di Sol et Terre didasarkan pada prinsip sustainability, termasuk dalam memilih menggunakan berlian lab grown. "Kami ingin rangkaian perhiasan dari Sol et Terre tak sekadar memberi keindahan pada pemakainya, tapi juga diproduksi tanpa berdampak buruk kepada lingkungan hidup dan manusia, sehingga dapat ikut melestarikan bumi," katanya,
Ia menambahkan, bagi Sol et Terre, menjalani bisnis yang sustainable dengan berlian lab grown juga harus memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Hal ini telah diwujudkan lewat program memberi kembali ke masyarakat, khususnya untuk pendidikan, konservasi lingkungan, dan komunitas yang membutuhkan. Untuk itu, Sol et Terre menggandeng tiga LSM, yaitu Yayasan Plan International Indonesia, Wahana Visi Indonesia, dan Jakarta Animal Aid Network sekaligus melakukan penggalangan dana.