Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Bernard Arnault (Wikimedia commons/jeremy barande)

Jakarta, FORTUNE - Kekayaan Bernard Arnault, CEO LVMH, mengalami penurunan drastis hingga US$13 miliar atau sekitar Rp201,5 triliun dalam satu hari, seiring dengan reaksi pasar yang mengecewakan terhadap rencana pemulihan ekonomi Cina.  Arnault, yang sempat jatuh ke posisi kelima dalam daftar orang terkaya dunia, kembali naik ke posisi ketiga beberapa minggu lalu ketika Cina mengumumkan langkah-langkah stimulus baru. Namun, minggu ini, kekayaannya kembali tergerus akibat ketidakpastian terkait pelaksanaan rencana tersebut. Demikian dilaporkan Fortune.com.

Rencana stimulus yang diumumkan akhir bulan lalu mencakup bantuan untuk pasar saham dan sektor properti Cina. Namun, kurangnya perincian lebih lanjut memicu aksi jual saham yang menyebabkan penurunan harga saham LVMH hingga 7 persen pada hari Selasa (8/10). Nilai kepemilikan Arnault turun sekitar US$13 miliar sebelum pulih sedikit pada Rabu (9/10) dengan kerugian yang lebih kecil sebesar US$6 miliar.

Tak hanya sektor barang mewah yang terdampak, saham komoditas juga mengalami penurunan akibat ketidakpastian investor terhadap prospek ekonomi Cina.

Hingga saat ini, Cina merupakan pasar krusial bagi industri barang mewah global. Pada tahun 2023, ketika negara tersebut masih berusaha bangkit dari dampak pandemi, Cina menyumbang 16 persen dari pasar barang mewah dunia menurut Bain & Co. 

“Pengeluaran konsumen Cina benar-benar mempengaruhi kinerja merek barang mewah,” kata Mario Ortelli, mitra pengelola Ortelli & Co. "Jika dan ketika kepercayaan konsumen Cina meningkat, kita bisa melihat lonjakan harga saham barang mewah."

Meskipun Arnault telah turun ke posisi keempat orang terkaya dunia, ia masih memiliki kekayaan senilai US$191 miliar. Sementara itu, masih ada harapan bahwa rencana stimulus besar-besaran Cina akan mampu mendorong pemulihan ekonomi, hingga mungkin membawa Arnault kembali ke puncak daftar orang terkaya.

Dampak perubahan konsumen di Cina

Editorial Team

Tonton lebih seru di