Jakarta, FORTUNE – Ada fenomena menarik di pasar superyacht global. Seiring dengan fluktuasi harga kapal mewah dan tumbuhnya jumlah orang kaya di beberapa negara, termasuk Indonesia. Laporan The Wealth Report 2025 yang dirilis oleh konsultan properti Knight Frank mengungkapkan, meskipun harga superyacht baru menunjukkan kenaikan, pasar sekunder—yaitu penjualan kapal yang telah dimiliki sebelumnya—tengah mengalami tekanan.
Fenomena ini berhubungan langsung dengan pergeseran pasar dan tren konsumen yang lebih selektif, seiring dengan meningkatnya jumlah individu ultra-kaya di negara-negara berkembang. Harga superyacht baru rata-rata naik sekitar 3 persen pada 2024, mencapai angka US$35 juta.
Kenaikan ini tidak hanya mencerminkan permintaan yang masih tinggi, tetapi juga dipengaruhi oleh biaya produksi yang semakin meningkat, seperti harga material dan tenaga kerja yang melonjak di seluruh dunia. “Pasar sekunder mendingin cukup drastis, tapi hal ini lebih merefleksikan normalisasi daripada krisis,” ujar laporan tersebut. Penurunan harga jual kembali superyacht sekitar 5 persen di pasar sekunder menunjukkan koreksi setelah lonjakan harga selama pandemi, di mana pasokan terbatas memicu permintaan yang sangat tinggi.
Walaupun demikian, pasar yacht baru masih menunjukkan ketahanan. Proses produksi yang memakan waktu dua hingga tiga tahun untuk setiap kapal mengartikan bahwa meskipun permintaan menurun, pasokan kapal yang dipesan selama masa pandemi terus mengalir. Hal ini mempertahankan kestabilan harga meskipun jumlah pembeli cenderung berkurang.