Jakarta, FORTUNE - Pasar barang mewah Korea Selatan tumbuh 24 persen dalam setahun menjadi US$16,8 miliar pada tahun 2022. Merek-merek mewah global dari Louis Vuitton hingga Chanel dan Thom Browne mempersiapkan diri untuk gelombang ledakan ketiga kemewahan di Korea Selatan.
Para merek mewah mengakui juga penjualan mereka di Korsel terbukti lebih tangguh selama pandemi. Secara keseluruhan, pasar barang mewahnya justru mengalami penurunan 10 persen.
Kegemaran Korea Selatan akan tas, pakaian, dan perhiasan mewah telah memanas sejak Covid-19 menyerang. Belanja barang mewah tidak terpengaruh oleh kenaikan harga sejumlah merek global.
Pertumbuhan penjualan juga disumbang merek-merek kelas atas yang kembali ke Korea, setelah menyetop penjualan di Cina. Sejak 2021, sembilan merek perancang busana telah membuka cabang di Korea.
Melansir The Korea Economic Daily Global Edition pada Rabu (15/2), tahun ini Only The Brave Italia, atau Grup OTB, dan rumah perancang busana Amerika Thom Browne mengakhiri kontrak dengan peritel domestik untuk secara langsung mengelola gerai Korea.
OTB–lebih dikenal dengan merek Maison Margiela dan Jil Sander–serta Thom Browne, kini merekrut karyawan Korea untuk membuka butik.
Kecenderungan tersebut menandakan fase baru pertumbuhan di pasar barang mewah di negara tersebut, setelah dibukanya pintu bagi impor barang mewah pada akhir tahun 1980-an.
Louis Vuitton, Chanel, dan Hermes adalah beberapa merek generasi pertama yang diperkenalkan di negara tersebut. Mereka membuka toko di Seoul pada tahun 1990-an.
Gelombang kedua ledakan barang mewah di Korea terjadi pada pertengahan tahun 2000-an, ketika tas, pakaian, dan desainer jam tangan mulai menarik konsumen kelas menengah.