Jakarta, FORTUNE – Merek fesyen mewah Loro Piana kini berada dalam sorotan tajam setelah Pengadilan Milan memutuskan menempatkannya di bawah pengawasan selama satu tahun. Langkah ini diambil menyusul temuan dugaan eksploitasi pekerja dalam rantai pasokannya, khususnya oleh bengkel subkontraktor di wilayah Milan, Italia.
Menurut laporan Reuters (15/7), Loro Piana—anak usaha LVMH yang dimiliki konglomerat Bernard Arnault—menjadi perusahaan kelima yang diawasi secara hukum, mengikuti jejak Dior, Valentino, Armani, dan Alviero Martini. Investigasi mengungkap 10 pekerja asal Cina, termasuk lima yang tidak memiliki izin tinggal, dipaksa bekerja hingga 90 jam per minggu dengan upah hanya 4 euro per jam. Mereka bahkan tinggal di fasilitas darurat dalam area kerja.
“Loro Piana gagal mengawasi pemasoknya secara memadai demi mengejar keuntungan lebih besar,” tulis Pengadilan Milan dalam berkas putusan, seraya menambahkan bahwa praktik ini telah menjadi metode manufaktur yang “digeneralisasi dan dikonsolidasikan” di industri mode Italia.
Loro Piana mengaku telah memutus hubungan dengan pemasok yang terlibat sejak Mei lalu dan menyatakan sedang memperkuat sistem kontrol internal. “Kami terus memperkuat sistem kontrol dan audit untuk menjamin kepatuhan terhadap standar kualitas dan etika kami,” ujar perusahaan dalam pernyataan resmi.
Melansir Traders Union (14/7), dampak dari kasus ini pun langsung terasa di lantai bursa. Saham LVMH, induk usaha Loro Piana, turun 1,6 persen menjadi €480 pada 14 Juli, menyusul keputusan pengadilan. Menurut analisis Traders Union, tekanan ini muncul akibat meningkatnya kekhawatiran investor terhadap risiko reputasi dan kepatuhan terhadap standar ESG (Environmental, Social, and Governance).
Pergerakan harga saham LVMH sendiri sudah dalam fase konsolidasi, berfluktuasi antara €470 dan €500. Tekanan jual dikhawatirkan akan meningkat jika harga menembus batas bawah di €470, sementara penutupan di atas €500 dapat membuka peluang reli hingga €520. Namun, prospek tersebut sangat bergantung pada klarifikasi langkah perbaikan dari perusahaan serta dinamika regulasi ke depan.
Meskipun Loro Piana tidak dikenakan tuntutan pidana langsung, pengadilan menilai perusahaan tetap bertanggung jawab atas kurangnya pengawasan terhadap alur produksinya. Kasus ini juga menjadi ujian berat bagi Frédéric Arnault, putra Bernard Arnault, yang baru ditunjuk sebagai CEO Loro Piana pada Juni 2025.
LVMH, yang sebelumnya juga menghadapi kasus serupa melalui merek Dior, kini kembali mendapat sorotan atas efektivitas sistem audit internalnya. Dalam situasi pasar yang penuh ketidakpastian dan tekanan ESG yang kian tinggi, skandal ini berpotensi memperlemah posisi LVMH di sektor barang mewah global, terlebih setelah Hermès menyalipnya sebagai perusahaan paling bernilai di Prancis.