Jakarta, FORTUNE - Masalah limbah di industri fesyen masih menjadi sorotan, meskipun sudah ada upaya dari pelaku industri global untuk bergerak menuju fesyen ramah lingkungan. Para inovator meyakini kain ramah lingkungan membantu industri fesyen melepaskan diri dari masalah limbah global.
Aarav Chavda seorang penyelam menceritakan kepada Wahington Post pengalamannya melakukan scuba diving di terumbu karang yang sama Florida.Chavda yang juga mantan analis dan insinyur mesin McKinsey ini, menyaksikan terumbu karang memucat seiring berjalannya waktu, dan dia melihat jumlah spesies semakin berkurang—kecuali lionfish.
Pejabat lokal dan federal di sekitar perairan Atlantik dan Karibia telah mencoba berbagai metode untuk memberantas lionfish, spesies invasif yang tidak memiliki predator di wilayah tersebut sehingga memakan banyak ikan lainnya. Chavda memiliki ide baru, yakni menjadikan lionfish sebagai bahan fesyen.
Bersama dengan dua penyelam lainnya, Chavda mendirikan startup bernama Inversa dan menemukan proses yang mengubah kulit ikan singa menjadi kulit yang lembut dan menarik. Selanjutnya, mereka menambahkan dua spesies invasif lainnya—ular piton Burma dari Everglades Florida dan ikan mas dari Sungai Mississippi. Mereka telah mencapai beberapa keberhasilan dengan meluncurkan sejumlah merek, termasuk Piper and Skye serta Rex Shoes. Bahan utamanya dengan menggunakan kulit lionfish untuk membuat dompet, bola sepak, sandal jepit, dan sebagainya,
Dampak beracun dari industri fesyen secara global adalah emisi yang dihasilkan. Hingga 4 persen emisi iklim global, menurut laporan McKinsey, dan persentase yang tidak diketahui tetapi signifikan dari polusi air global juga berasal dari industri ini. Ini adalah masalah yang membingungkan dan sering kali luar biasa. Manusia membutuhkan pakaian untuk bertahan hidup – ditambah lagi, kita menyukai pakaian kita dan mendapatkan makna mendalam dari cara kita mempresentasikan diri kepada dunia.
“Itu seperti dua sisi mata uang,” kata Monica Buchan-Ng, seorang ahli keberlanjutan di Centre for Sustainable Fashion, London College of Fashion, mengutip Washington Post pada Rabu (15/5).
Dia menambahkan, “[Pakaian] bisa menjadi kekuatan kreatif luar biasa untuk ekspresi diri dan identitas. Namun, kita juga tahu bahwa cara sistem fesyen bekerja saat ini, itu hanya kehancuran demi kehancuran.”
Namun, jangkauan industri yang luas juga menjadikannya alat potensial yang luar biasa untuk inovasi dan perubahan, dan sejumlah kain baru adalah bagian penting dari perubahan tersebut. Sejauh ini, kata Chavda, Inversa telah menghapus 50.000 lionfish, piton Burma, dan ikan mas. Dalam beberapa tahun, dia berharap bisa menghilangkan puluhan juta. “Saya optimis karena saya pikir konsumen peduli,” kata Chavda,