Selain dengan jenama luxury fashion, Supreme juga pernah berkolaborasi dengan produk travel yang banyak diinginkan oleh penggiat perjalanan, Rimowa. Kolaborasi hanya pada varian koper Topaz berukuran 75 liter dalam jumlah terbatas.
Ada pula kolaborasi vira yang memadukan fashion dengan makanan, Oreo x Supreme, yang harganya mencapai Rp97 juta. Kolaborasi lain yang juga populer, yakni pada Hohner Harmonica saat musim panas 2012 yang menjadikan logo boks Supreme telah muncul di banyak kotak harmonika. Di tahun yang sama, Supreme membuat palu bergagang merah dengan logo ikonik, alih-alih digunakan untuk perkakas bangunan tentu lebih baik disimpan dalam kotak karena harganya yang mahal.
Kolaborasi membuat Supreme mendulang miliaran dolar. Namun, ternyata Supreme hanya mengoperasikan total 12 titik ritel di tiga benua, yakni Amerika, Eropa, dan Jepang. Dilansir dari Luxuo, mayoritas ‘hype’-nya berasal dari konten viral yang berkembang di media sosial yang kemudian diikuti dengan banyaknya peminat di platform e-commerce.
Hasilnya Supreme menghasilkan lebih dari 60 persen penjualannya secara daring, menjadikannya sangat tangguh selama pandemi Covid-19, di mana banyak ritel susah bernapas, termasuk raksasa seperti Nordstrom dan Macy’s.
Bahkan dalam ketika banyak usaha yang tutup karena pandemi, Supreme bertumbuh, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat, tapi masih mempertahankan posisi keuangan yang signifikan untuk mengatasi jeda di bidang ritel dan pasar.
Meski begitu, kesuksesan e-commerce tetap bergantung pada sensasi dunia nyata, seperti kultus fandom yang menghasilkan antrean di luar toko Apple. Keramaian di Lafayette Street pada hari peluncuran produk, membuat ratusan orang menunggu untuk masuk ke dalam toko Supreme. Tentunya hanya berlaku bagi penggemar berat yang siap mengosongkan dompet mereka atau para kolektor yang berburu koleksi langka untuk dijual berkali-kali lipat. Apakah Anda salah satunya?