Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Deretan model yang dipamerkan di Universo Ferrari di Bangkok. (dok. Ekarina)

Jakarta, FORTUNE - Persentase pembeli Ferrari baru yang berusia di bawah 40 tahun mengalami peningkatan pesat dalam dua tahun terakhir. Generasi milenial yang baru mencapai kesejahteraan ekonomi tertentu semakin tertarik memiliki mobil mewah ini, meskipun harus menghadapi daftar tunggu hingga dua tahun.

CEO Ferrari, Benedetto Vigna, dalam wawancaranya dengan CNBC, mengungkapkan bahwa saat ini pembeli Ferrari baru yang berusia di bawah 40 tahun mencapai 40 persen. Angka ini mengalami lonjakan signifikan dibandingkan dengan 30 persen pada 2023, ketika Vigna terakhir kali mengumumkan data tersebut.

“Saya tidak tahu untuk merek lain, tetapi bagi kami, ini adalah pencapaian yang berkat tim kami,” ujar Vigna, mengutip Fortune.com pada Selasa (18/3).

Membeli Ferrari bukanlah hal yang mudah. Produsen mobil mewah ini hanya menjual jumlah kendaraan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produsen mobil massal lainnya.

Menurut Vigna, daftar tunggu untuk mendapatkan Ferrari baru saat ini mencapai dua tahun. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelanggan yang lebih tua yang ingin segera menikmati mobil mereka, serta bagi pembeli muda yang baru pertama kali memiliki Ferrari.

Vigna bahkan menceritakan pengalaman seorang pelanggan berusia 37 tahun yang khawatir tidak akan mendapatkan Ferrari sebelum ulang tahunnya yang ke-40. “Jangan khawatir, kamu akan menerimanya saat masih berusia 39 tahun,” kata Vigna.

Ferrari catatkan keuntungan besar

Keterbatasan produksi Ferrari tercermin dalam angka penjualannya. Pada 2024, Ferrari hanya mengirimkan 13.663 unit mobil, tetapi berhasil meraup keuntungan sebesar €1,25 miliar (sekitar US$1,36 miliar). Dengan kapitalisasi pasar sebesar US$80 miliar, Ferrari kini menempati peringkat ke-35 sebagai perusahaan paling bernilai di Eropa. Sebagai perbandingan, pada 2023, Ferrari hanya berada di peringkat ke-492 berdasarkan pendapatan.

Sebagian besar basis pelanggan Ferrari telah terbentuk selama beberapa dekade. Pada 2024, sekitar 81 persen mobil Ferrari baru dibeli oleh pelanggan yang sudah memiliki Ferrari sebelumnya, dan 48 persen di antaranya dimiliki oleh orang yang memiliki lebih dari satu Ferrari.

Lebih dari 90 persen Ferrari yang pernah diproduksi masih beroperasi hingga kini. Hal ini berkat jaringan penjualan kembali yang memastikan kualitas tinggi mobil-mobil Ferrari tetap terjaga bahkan bertahun-tahun setelah penjualan pertamanya.

Strategi Ferrari tarik pembeli muda

Seperti merek-merek mewah lainnya, Ferrari juga perlu menarik pelanggan muda baru agar tetap unggul di industri otomotif hingga akhir abad ini. Upaya ini terlihat dari berbagai strategi yang menawarkan fleksibilitas kepada pembeli.

Jaguar Land Rover (JLR), misalnya, telah meluncurkan layanan sewa dan berlangganan yang memungkinkan pelanggan mengakses kendaraan Range Rover dan Land Rover tanpa harus memiliki mobil tersebut. JLR juga mengumumkan investasi sebesar £65 juta (US$81 juta) untuk membangun dua fasilitas guna memperluas opsi warna cat kendaraan, memungkinkan pelanggan menyesuaikan warna mobil mereka dengan pesawat jet pribadi.

Ferrari juga mengikuti tren ini. Pada 2024, sekitar 20 persen dari pendapatannya berasal dari layanan personalisasi kendaraan. Meski ini merupakan sumber pendapatan yang menguntungkan, Ferrari menghadapi dilema dalam menjaga eksklusivitas mereknya.

Vigna menyebutkan bahwa Ferrari sedang mempertimbangkan untuk membatasi kombinasi warna tertentu guna menjaga nilai jual kembali mobil-mobilnya. Langkah ini diambil untuk memastikan calon pembeli di pasar mobil bekas Ferrari tidak terganggu oleh pilihan desain dari pemilik pertama.

“Pelanggan baru kami 10 persen lebih muda dibandingkan dengan seluruh pelanggan yang ada di dunia. Jadi, kuda jingkrak ini masih tetap berlari kencang,” ujar Vigna pada 2023, ketika jumlah pembeli Ferrari baru di bawah 40 tahun masih 30 persen.

Editorial Team