Jakarta, FORTUNE - Teknologi AI (Artificial Intelligence) banyak dimanfaatkan di industri fesyen, salah satunya menghadirkan model AI untuk berpromosi. Strategi baru ini dinilai efektif untuk menggaet konsumen.
Dengan model AI ini, perusahaan bertujuan untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih inklusif, pribadi, dan berkelanjutan untuk merek, pengecer, dan pelanggan fesyen. Misalnya, ketika berbelanja online pelanggan dapat melihat pakaian yang dipilih pada model dengan bentuk tubuh dan jenis kulit yang hampir serupa, sehingga memudahkan visualisasi produk.
Mengutip Fortune.com pada Rabu (7/2), pemanfaatan model AI juga diterapkan untuk memberi kesempatan menarik audiens yang lebih beragam. Hal ini diungkap Michael Musandu, ketika ia tumbuh besar di Zimbabwe dan ingin membeli pakaian, model-model di situs belanja tidak pernah mencerminkan penampilannya, meskipun merek-merek tersebut menargetkan berbagai audiens.
Inilah yang mendorongnya untuk meluncurkan Lalaland pada 2019, sebuah platform yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan model fashion mirip manusia yang dapat disesuaikan dengan jenis rambut, bentuk tubuh, dan warna kulit.
Dengan layanan seperti Lalaland para merek dapat menampilkan berbagai model yang dihasilkan oleh AI, yang berpose dengan pakaian yang sama dalam waktu singkat. Layanan yang berbasis di Belanda ini juga memberi solusi agar para merek bisa berpromosi tanpa perlu menyewa model atau mengatur sesi pemotretan.
"Kami memberdayakan merek dan konsumen untuk memperluas standar kecantikan dengan membuat web menjadi lebih beragam seperti pasar," kata Musandu kepada Fortune.
Bagi merek, manfaat yang ditawarkan oleh layanan tersebut sangat jelas. Dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan, mereka dapat mengurangi biaya dan mempercepat produksi gambar, sekaligus menjadikan proses lebih inklusif.