Jakarta, FORTUNE – LVMH, raksasa barang mewah asal Prancis, melaporkan penurunan penjualan sebesar 3 persen pada kuartal ketiga tahun ini, meleset dari ekspektasi. Penurunan ini menjadi yang pertama sejak pandemi, terutama dipicu oleh melemahnya permintaan di pasar Cina dan Jepang, yang memperburuk kekhawatiran investor.
Melansir Reuters (16/10), LVMH mencatatkan pendapatan sebesar 19,08 miliar euro (sekitar US$20,8 miliar) selama tiga bulan yang berakhir pada September. Angka ini turun 3 persen secara organik setelah memperhitungkan dampak nilai tukar mata uang, akuisisi, dan divestasi.
Hasil ini tidak memenuhi proyeksi pertumbuhan organik sebesar 2 persen yang diperkirakan oleh Barclays. "LVMH meleset jauh dari ekspektasi dengan kegagalan di semua lini," kata Luca Solca, analis di Bernstein.
Laporan penjualan ini muncul di tengah ketidakstabilan saham perusahaan barang mewah, terutama setelah harapan pemulihan sementara akibat langkah-langkah stimulus di Cina. Namun, kepercayaan konsumen Cina anjlok ke tingkat terendah sejak era Covid19, menurut CFO LVMH Jean-Jacques Guiony. Meskipun demikian, perusahaan tetap percaya pada potensi pasar Cina di masa depan.
Tak hanya LVMH, penurunan penjualan ini juga tercermin di perusahaan Italia, Ferragamo, yang melaporkan hasil kurang memuaskan dan, memperburuk situasi pasar barang mewah. "Sebagai barometer untuk sektor ini, hasil LVMH kemungkinan akan menyebabkan volatilitas jangka pendek," ujar Flavio Cereda, co-manager dari strategi investasi merek mewah GAM.