Jakarta, FORTUNE - Grup LVMH dikenal sebagai adalah konglomerat mewah terbesar di dunia. Sebagai pemilik merek-merek seperti Louis Vuitton, Moët & Chandon, dan Bulgari, perusahaan Prancis ini menjadi sinonim dengan kemewahan — dan menghasilkan banyak uang, seperti yang ditunjukkan oleh posisi CEO Bernard Arnault sebagai orang terkaya ketiga di dunia.
Namun ada perusahaan lain yang mengalahkan LVMH di bidangnya sendiri, dan Anda mungkin belum pernah mendengarnya: Richemont. Richemont yang berbasis di Swiss, di balik merek-merek seperti Cartier, Van Cleef & Arpels, dan Piaget, sedang menikmati momen kejayaannya.
Saham Richemont naik lebih dari 20 persen sejak awal tahun, mengungguli LVMH serta Kering, yang menjual merek-merek seperti Gucci dan Saint Laurent. Ini adalah keuntungan bagi para investor yang mencari jaminan bahwa saham mewah Eropa belum habis — terutama di Cina.
"Richemont telah memberikan jaminan kepada para investor dalam beberapa hal. Cartier dan Van Cleef terus menunjukkan momentum yang sangat kuat dan pertumbuhan yang signifikan," kata Chiara Battistini, kepala penelitian barang-barang mewah dan olahraga Eropa di JPMorgan, kepada Business Insider dikutip Kamis (20/6).
Richemont condong ke barang-barang hard luxury, termasuk desain ikonik dari Cartier, yang telah menciptakan perhiasan untuk anggota masyarakat kelas atas selama lebih dari 150 tahun, serta Van Cleef. Ini menjadi keuntungan tersendiri di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Di masa-masa sulit, karena kita memang sedang dalam masa sulit di sektor mewah, ada kecenderungan untuk membeli lebih sedikit, tetapi lebih baik," kata Erwan Rambourg, kepala penelitian konsumen dan ritel global di HSBC. "Pada akhirnya, jika Anda harus membeli satu perhiasan dari satu pembuat perhiasan, itu akan menjadi Cartier," katanya, menambahkan.