Berbagai riset menjelaskan bahwa potensi bisnis pesan-antar makanan begitu menggiurkan. Salah satunya laporan laporan Snapcart Indonesia pada Selasa (23/11) menyatakan, bahwa GrabFood memimpin pasar ini di pasar pertama (Jabodetabek), dan pasar kedua (di Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Purwokerto, Banjarmasin, Samarinda, dan Makassar). Survei ini dilakukan pada Oktober 2021, melibatkan 500 pemilik usaha kuliner dan 570 konsumen pengguna aplikasi pesan-antar makanan.
GrabFood disebutkan menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan pedagang dengan pendapatan harian rata-rata tertinggi. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa 82 persen restoran dan toko makanan dan minuman yang menggunakan GrabFood, diikuti GoFood (71 persen), dan ShopeeFood (28 persen).
Kemudian, rata-rata penjualan harian merchant dari penggunaan GrabFood sebesar Rp750 ribu, lebih tinggi 13 persen dibanding menggunakan GoFood sebesar Rp670 ribu. Riset juga menemukan rata-rata konsumen menggunakan GrabFood enam kali dalam sebulan, sedang GoFood lima kali dalam sebulan. Rata-rata volume pemesanan melalui GrabFood juga lebih tinggi 11 persen dibandingkan GoFood.
Meski menggiurkan, tapi jalur untuk menuju profitabilitas tidak instan. Mengutip The Straits Times pada Selasa (28/12), Tony Fernandes mengatakan dalam roundtable Kamis (22/7), pada awal AirAsia Food di Singapura, dalam empat bulan sejak peluncuran resminya baru menangani 100 pesanan setiap hari.
Menurutnya, hal tersebut wajar karena ingin membangun platformnya secara perusahaan, bahkan belum melakukan strategi pemasaran yang maksimal. "Grab dan foodpanda tidak secara ajaib mendapatkan semua pesanan itu secara langsung, butuh waktu. Jadi pasti, tapi perlahan, kita akan sampai di sana," kata dia.