Ambisi Akulaku IPO di Bursa Wall Street, Bidik Dana Rp28,7 Triliun

Fintech Jack Ma ini diprediksi akan IPO via SPAC.

Ambisi Akulaku IPO di Bursa Wall Street, Bidik Dana Rp28,7 Triliun
AkuLaku. (ShutterStock_Postmodern Studio)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Akulaku, perusahaan penyedia jasa keuangan, sedang menimbang-nimbang rencana menggelar penawaran umum saham perdana di Wall Street.

Akulaku yang mendapat sokongan dari Ant Group Co milik Jack Ma ini sedang menjajaki pembicaraan awal terkait rencana merger dengan perusahaan cangkang alias cek kosong atau special purpose acquisition company (SPAC) bernama Catcha Investment Corp (CHAA) senilai US$2 miliar atau setara Rp28,7 triliun.

Catcha Investment Corp (CHAA) sendiri merupakan perusahaan SPAC yang didirikan oleh Patrick Grove, seorang internet-entreprenur berkewarganegaraan Australia.

Langkah senyap menuju Wall Street

Bloomberg pada Senin (17/1) memberitakan startup fintech tersebut sedang dalam tahap pembicaraan awal dengan Catcha Investment Corp, perusahaan akuisisi tujuan khusus yang didirikan oleh pengusaha internet Patrick Grove.

Menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg, merger dapat dilakukan. Selain itu, negosiasi masih berada dalam tahap awal, dan keputusan masih dapat berubah. Akulaku masih terbuka dengan kemungkinan eksplorasi lain.

Perusahaan itu juga dikabarkan sedang mencari putaran pendanaan dari pihak swasta sekitar US$200 juta hingga US$300 juta.

Jika terlaksana, startup yang berkantor pusat di Jakarta tersebut akan mengikuti jejak perusahaan rintisan Asia Tenggara yang telah setuju untuk go public di AS melalui merger SPAC seperti PropertyGuru Pte Singapura dan FinAccel Pte, induk dari fintech Kredivo Indonesia.

Bisnis perbankan digital hingga broker asuransi

Akulaku didirikan pada 2014 dengan menawarkan layanan perbankan digital, kredit konsumen, investasi digital, dan broker asuransi. Perusahaan ini beroperasi di Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Filipina.

Perusahaan mengharapkan pendapatan tahunan US$619 juta atau sekitar Rp8,88 triliun dan gross merchandise value (GMV) sekitar US$5 miliar atau kisaran Rp71,75 triliun pada tahun 2021, menurut dokumen internal dari Oktober yang dilihat oleh Bloomberg News.

Selain bergerak di bidang fintech, Akulaku juga menyasar sektor finansial lain yang sedang tumbuh subur, yaitu industri perbankan digital. Hal ini terlihat dari langkah Akulaku yang telah mengakuisisi PT Bank Yudha Bhakti Tbk dan menyulapnya menjadi bank digital baru bernama PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Jejak ekspansi ke Indonesia

PT Akulaku Silvrr Indonesia pertama kali masuk di BBYB pada awal 2019 dengan mengakuisisi 8,9 persen saham PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dari PT Gozco Capital pada harga Rp338 per lembar saham dengan nilai total Rp158 miliar.

Akibat akuisisi ini, porsi kepemilikannya menyusut menjadi 33,26 persen dari sebelumnya 42,16 persen. Kemudian Akulaku kembali menambah kepemilikan sahamnya melalui rights issue menjadi sebesar 24,98 persen.

Saat ini, PT Akulaku Silvrr Indonesia resmi menjadi pengendali Bank Neo Commerce yang baru saja meraih dana Rp2,5 triliun melalui penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau rights issue Desember lalu.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Saat Harga Turun, Edwin Soeryadjaya Borong Saham SRTG Lagi
Lampaui Ekspektasi, Pendapatan Coinbase Naik Hingga US$1,6 Miliar
Mengenal Apa Itu UMA pada Saham dan Cara Menghadapinya