Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Deltamas.png
Ilustrasi Kota Deltamas (DMAS). Dok. DMAS

Intinya sih...

  • Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan menjadi katalis positif bagi emiten di sektor properti.

  • Suku bunga yang lebih rendah berpotensi mendorong permintaan kredit perumahan dan memperbaiki penjualan di sektor properti.

  • Penurunan suku bunga bisa menjadi katalis berkelanjutan, namun faktor lain seperti regulasi, insentif pajak, dan strategi marketing juga akan menentukan akselerasinya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Kebijakan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan menjadi katalis positif bagi emiten di sektor properti. Dengan suku bunga yang lebih rendah berpotensi mendorong permintaan kredit perumahan dan memperbaiki penjualan di sektor yang sempat tertekan oleh biaya pembiayaan tinggi.

Sepanjang tahun ini BI telah melonggarkan kebijakan moneter sebanyak empat kali. Dengan demikian suku bunga acuan saat ini berada di level 5 persen.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khae, mengatakan penurunan suku bunga memberi angin segar bagi sektor properti, khususnya residensial. Namun demikian, efeknya tidak serta-merta langsung terasa sebab daya beli masyarakat masih tertekan.

"Justru, kami kira sektor komersial dan kawasan industri bisa lebih cepat merasakan dampak positifnya, karena pembiayaan proyek maupun ekspansi kawasan lebih sensitif terhadap penurunan bunga," kata Mifta saat dihubungi Fortune Indonesia, Senin (25/8).

Proyeksi tersebut, lanjut Miftah, sejalan dengan prospek permintaan lahan industri akibat arus investasi asing yang masuk ke Indonesia di paruh kedua 2025.

Kendati untuk jangka panjang, Miftah menilai penurunan suku bunga bisa menjadi katalis lebih lanjut. Faktor lain seperti regulasi perizinan, insentif pajak, hingga strategi marketing emiten juga akan menentukan seberapa kuat akselerasi penjualan ke depan.

Kiwoom Sekuritas menilai beberapa emiten sektor kawasan industri seperti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang masih cukup prospektif. Sementara PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) untuk residensial masih memiliki daya tarik berkat landbank luas dan strategi diversifikasi proyek.

Adapun keempat emiten tersebut seluruhnya ditutup menguat ke zona hijau.

Miftah juga merekomendasikan saham SSIA buy on weakness dengan target harga 3.000 per saham. Sementara saham BSDE hold dengan target harga 1.000 per saham.

Editorial Team

EditorEkarina .