Jakarta, FORTUNE - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), perusahaan perkebunan kelapa sawit, berhasil mengamankan fasilitas pembiayaan likuiditas senilai total Rp3,6 triliun dari dua bank besar, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Dana jumbo ini akan digunakan untuk membiayai operasionalisasi tujuh entitas anak perseroan.
Menurut keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ANJT akan menggunakan dana tersebut: Rp2 triliun dari BRI dan Rp1,6 triliun dari BCA. Fasilitas kredit dari BRI diberikan dengan bunga 5,25 persen dan berjangka waktu dua tahun, terhitung sejak penandatanganan perjanjian pada 16 Mei 2025.
Sementara itu, fasilitas kredit dari BCA senilai Rp1,6 triliun memiliki bunga 7 persen per tahun dengan jangka waktu hingga 12 Agustus 2026, terhitung sejak penandatanganan perjanjian pada 15 Mei 2025.
Tujuh entitas anak perseroan yang akan dibiayai meliputi PT Gading Mas Indonesia Teguh, PT Austindo Nusantara Jaya Agri, PT Sahabat Mewah dan Makmur, PT Permata Putera Mandiri, PT Putera Manunggal Perkasa, PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais, dan PT Kayung Agro Lestari.
“Transaksi material ini dilakukan dalam rangka mendukung pengelolaan keuangan dan kebutuhan operasional dalam kelompok usaha secara lebih optimal dan efisien, dengan ketentuan dilakukan secara wajar sesuai dengan praktik perbankan yang berlaku umum. Pelaksanaan transaksi ini tidak memberikan dampak material yang merugikan terhadap kondisi keuangan perseroan,” demikian ANJT dalam keterbukaan informasi tersebut, dikutip Rabu (22/5).
Direktur ANJT, Hilman Lukito, menjelaskan transaksi ini merupakan transaksi material karena nilainya di atas 20 persen ekuitas perseroan per akhir 2024.
“Mengingat transaksi ini merupakan transaksi pinjaman yang diterima langsung oleh perusahaan terkendali dari bank, perseroan tidak diwajibkan menggunakan jasa penilai dan memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham,” ujarnya.
ANJT mencatatkan laba bersih US$9,2 juta pada 2024, meningkat signifikan 106,7 persen dibandingkan dengan US$4,4 juta pada 2023. Sementara itu, EBITDA tahun buku 2024 mencapai US$59,2 juta, naik 7 persen dari US$49,1 juta pada 2023.
Meskipun mencatatkan peningkatan laba, total pendapatan ANJT pada 2024 melemah menjadi US$236,8 juta, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan 2023 yang mencapai US$237,6 juta.
Peningkatan laba di tengah penurunan pendapatan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga crude palm oil (CPO) dan penurunan biaya pupuk untuk tanaman menghasilkan (TM), tapi diimbangi oleh volume penjualan CPO dan palm kernel (PK) yang lebih rendah.
Pada perdagangan 21 Mei 2025, saham ANJT naik 5 poin (0,29 persen) ke level Rp1.750. Dalam satu bulan, saham ANJT tercatat naik 55 poin (3,24 persen).