Sistem pengontrol saham ini sangat jarang diketahui, terutama oleh investor pemula. Padahal, kedua hal ini penting bagi para investor untuk mengetahui indikator atau karakter saham yang akan dibeli. Agar Anda tidak rugi dalam membeli saham, sebaiknya Anda mengetahui batasan atas dan bawah harga saham tersebut!
Auto Rejection Atas (ARA) merujuk pada saham yang sedang mengalami kenaikan harga secara signifikan. Bahkan, dalam suatu waktu, sebuah saham bisa mengalami kenaikan ini bisa melebihi batas ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jika sebuah saham terus mengalami kenaikan semacam itu, maka saham tersebut telah masuk pada kondisi ARA saham. Lantas, bagaimana cara mengetahui kondisi ARA pada sebuah saham? Caranya cukup mudah, terdapat karakteristik khas dari ARA saham yang bisa Anda jadikan patokan.
Salah satu cirinya adalah mengacu pada kolom jual (offering), di mana pada kolom tersebut tidak menunjukkan adanya antrean order. Di samping itu, Anda juga dapat melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah saham tersebut berada dalam kondisi ARA saham atau tidak.
Misalnya, sebuah saham ditutup pada harga Rp6000 dan batasan ARA untuk saham tersebut adalah 20 persen. Maka, harga saham itu hanya bisa mengalami kenaikan maksimal ARA dengan perhitungan berikut:
Rp6.000 + (Rp6.000 x 20%) = Rp7.200
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka harga Rp7.200 adalah batasan saham tersebut. Dengan begitu, jika saham melampaui batas harga Rp7.200 itu, maka akan dinyatakan masuk ke ARA saham.
Berkebalikan dengan ARA, ARB saham justru menunjukkan terjadinya penurunan secara signifikan pada sebuah saham dalam periode tertentu. Sama halnya dengan ARA, pihak BEI juga telah menentukan batas untuk ARB saham.
Untuk menentukan karakteristik jelas dari ARB, Anda dapat melihat tidak adanya indikator order pada antrian di kolom beli saham. Sebab, terjadinya penurunan harga yang signifikan itu akan mempengaruhi nilai beli dari saham itu sendiri.
Anda juga melakukan perhitungan untuk menentukan apakah sebuah saham berada pada kondisi ARB saham atau tidak.
Misalnya, sebuah sahap telah ditutup pada harga Rp6000, sementara batasan ARB untuk saham tersebut adalah 7 persen. Maka, harga saham tersebut hanya akan mengalami kenaikan maksimal ARB dengan perhitungan berikut.
Rp6.000 – (Rp5.000 x 7%) = Rp5.670
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka harga Rp5.650 itu adalah batasan saham. Dengan demikian, jika saham berada di bawah melampaui harga Rp6.000, maka dinyatakan masuk dalam ARB saham.