Jakarta, FORTUNE - Pakar dan pengusaha kripto Afrika menjelaskan mengapa franc CFA adalah mata uang yang tidak nyaman dan mengapa Bitcoin booming sebagai pengganti potensialnya. Hampir 150 juta orang menggunakan franc CFA setiap hari, dari Senegal di ujung barat hingga Gabon di tengah benua.
Digunakan di 14 negara, franc CFA dipatok ke euro, dicetak di Prancis dan kebijakan moneternya dikendalikan oleh kekuatan Barat. Seperti yang dikatakan Fodé Diop, pengembang Lightning Bitcoin (BTC) dari Senegal, “IMF dan pemerintah Prancis masih mengendalikan mata uang,” ujarnya, dilansir dari Cointelegraph, Kamis (17/3).
Sementara itu, patokan resmi untuk euro adalah 1 euro menjadi 655,96 franc CFA, daya belinya telah terkikis seiring waktu. Pada tahun 1994, Bank Dunia mendevaluasi franc CFA terhadap franc Prancis dari 1:50 menjadi 1:100. Tahun itu, orang Afrika Barat terbangun untuk menyadari bahwa nilai tabungan hidup mereka telah dipotong setengahnya.
Gloire, pendiri Kiveclair, sebuah proyek yang terinspirasi Bitcoin Beach di Kongo, mengatakan kepada Cointelegraph bahwa CFA membuat seluruh negara bergantung. “Biasanya yang termiskin yang menderita,” kata Gloire.
Dia kemudian menjelaskan situasi pada tahun 1994 ketika Prancis dan segelintir orang yang memiliki hak istimewa memutuskan untuk mendevaluasi CFA franc. “Tidak ada jaminan hal seperti itu tidak akan terjadi lagi, apalagi ekonomi global sedang terancam,” ujarnya.