Jakarta, FORTUNE - Bitcoin kembali mencetak sejarah baru setelah menembus level US$125.000 untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir pada Minggu (5/10). Dilansir dari Channel News Asia, nilai tertinggi itu mencapai US$125.689, melampaui rekor sebelumnya pada Agustus yang mencapai US$124.500.
Lonjakan ini terjadi di tengah kekhawatiran investor terhadap potensi penutupan pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown) dan penguatan saham di negara tersebut yang ikut mendorong minat terhadap aset berisiko tinggi seperti kripto.
Para investor juga mencari aset lindung nilai di tengah negosiasi pendanaan federal.
Menurut data CoinGecko, volume perdagangan Bitcoin dalam 24 jam terakhir hampir menembus US$50 miliar, dengan lebih dari US$200 juta posisi short yang terlikuidasi secara paksa hanya dalam satu hari.
Hal tersebut berarti terjadi euforia beli besar-besaran dari para trader yang memanfaatkan momentum kenaikan harga.
“Secara umum pasar masih dalam tren bullish. Penutupan sebagian pemerintahan AS yang berkepanjangan kemungkinan akan terus mendorong minat terhadap aset keras seperti Bitcoin sebagai alternatif penyimpan nilai,” kata Joe DiPasquale, CEO BitBull Capital, seperti dikutip Decrypt.co.
Selain faktor makroekonomi, dukungan politik turut memperkuat sentimen pasar. Presiden AS, Donald Trump, dan keluarganya adalah promotor aktif aset kripto, yang dinilai membalikkan sikap skeptis pemerintahan pendahulunya, Joe Biden. Bahkan, DPR AS telah meloloskan tiga RUU penting terkait kripto pada Juli lalu.
Optimisme juga datang dari kalangan lembaga keuangan. Geoff Kendrick, Kepala Global Aset Digital di Standard Chartered, memperkirakan harga Bitcoin dapat mencapai sedikitnya US$135.000 dalam waktu dekat, bahkan berpotensi menembus US$200.000 sebelum akhir tahun.
Di sisi lain, beberapa analis memperingatkan potensi koreksi harga. Data Coinglass menunjukkan pasokan Bitcoin dari pemegang jangka panjang (long-term holder) menurun dari 15,92 juta BTC menjadi 15,32 juta BTC sejak pertengahan Juni, menandakan sebagian investor mulai mengambil keuntungan.
Meski begitu, dengan dominasi pasar yang kini mencapai 58,5 persen dari total kapitalisasi kripto global senilai US$4,26 triliun, Bitcoin masih menjadi aset paling berpengaruh pada sektor digital.
“Dengan banyak aset, termasuk saham, emas, dan bahkan koleksi seperti kartu Pokémon, yang mencetak rekor tertinggi, tak mengherankan Bitcoin ikut diuntungkan oleh narasi pelemahan dolar,” ujar Joshua Lim, Co-Head of Markets di FalconX, dikutip dari Bloomberg News.