Jakarta, FORTUNE - Emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk. (INAF), memberikan penjelasan mengenai penyebab berbagai masalah yang sedang mendera perusahaan, mulai dari kinerja perseroan yang begitu buruk hingga pembayaran gaji karyawan—yang jumlahnya pun tidak penuh—yang harus dicicil.
Direktur Utama Indofarma, Yeliandriani, mengatakan operasionalisasi perusahaan tidak optimal karena terbatasnya modal. Dengan kondisi tersebut, perseroan tetap memproduksi obat, dan kini hanya berfokus pada pemenuhan kontrak produksi kepada pemerintah.
“Modal kerja yang sangat terbatas mengakibatkan tingkat produksi yang tidak optimal pada perseroan dan tidak tersedianya cukup produk yang dipasok oleh principal di entitas anak,” kata dia dalam keterangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (10/6).
Kondisi sedemikian membuat INAF harus melakukan efisiensi pengeluaran biaya. Akan tetapi, tingkat efisiensi yang dihasilkan tidak optimal karena sebagian besar komponen biaya merupakan fixed cost, seperti biaya pegawai dan depresiasi fasilitas, serta mesin produksi.
Pada laporan keuangan terakhir, yakni kuartal III-2023, Indofarma terlihat mengalami rugi bersih Rp191,69 miliar, naik 4,68 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya yang mencapai Rp183,12 miliar.
INAF membukukan beban keuangan Rp39,09 miliar, naik 35 persen dibandingkankan dengan setahun sebelumnya yang mencapai Rp28,98 miliar.
Dalam laporan keuangan tersebut, perseroan juga mencatatkan ekuitas negatif Rp105,36 miliar. Hal ini disebabkan karena rugi yang terjadi bertahun-tahun sehingga saldo rugi menunjukkan Rp807,99 miliar.