Jakarta, FORTUNE - Emiten semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat volume penjualan (semen dan klinker) sebesar 8.891 ribu ton pada semester I 2025, turun 140 ribu ton atau - 1,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini ikut tercermin pada pendapatan neto perseroan tercatat sebesar Rp8,03 triliun, terkontraksi -1,1 persen seiring stagnasi konsumsi semen akibat lemahnya daya beli masyarakat.
Menurut Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen domestik mengalami penurunan sebesar 3,1 persen pada paruh pertama tahun 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kontraksi 10,2 persen di pasar semen curah, akibat penurunan permintaan dari proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara dan pemangkasan anggaran infrastruktur yang diumumkan awal tahun ini. Sementara itu, pasar semen kantong tetap stagnan karena daya beli masyarakat yang masih lemah.
Seiring penjualan Indocement yang menurun, beban pokok pendapatan perseroan juga menurun 2,3 persen menjadi Rp5,69 triliun, dengan margin laba kotor sebesar 29,2 persen. Meski begitu, margin labar kotor INTP lebih tinggi dibandingkan 28,3 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, beban usaha perseroan turun 1,8 persen menjadi Rp1,70 triliun, sementara dan beban operasi lain – neto turun 382,9 persen menjadi Rp35,1 miliar akibat kerugian kurs dibandingkan keuntungan kurs pada 2024.
“Penurunan ini menghasilkan margin laba usaha sebesar 7,5 persen dan EBITDA sebesar 16,8 persen pada semester I 2025,” kata manajemen perseroan dalam keterangan resmi, Selasa (12/8).
Pendapatan keuangan bersih meningkat yang 112,6 persen menjadi Rp5,7 miliar, berasal dari bunga atas saldo kas yang lebih besar, turut mendorong laba periode perjalan INTP tumbuh 13,8 persen menjadi Rp494,8 miliar.
Di sisi lain, Indocement juga memiliki posisi keuangan yang kuat dengan posisi kas sebesar Rp3,4 triliun per 30 Juni 2025.